Laman

Kamis, 16 Agustus 2012

Tinjaun Umum Tentang Imunisasi Tetanus Toksoid


Pengertian imunisasi Tetanus Toksoid
1)        Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan.5
2)        Imunisasi Tetanus Toxoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus.5

Manfaat imunisasi TT pada ibu hamil
1)        Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum. Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim saraf pusat.9

2)        Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka
Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan tetanus neonatorum.2

Jumlah dan dosis pemberian imunisasi TT pada ibu hamil
Vaksin TT diberikan sedini mungkin dengan dosis 0,5 cc I.M (intra muskulair) di lengan atas/paha/bokong. Khusus untuk calon pengantin diberikan imunisasi TT 2x dengan interval 4 minggu. Usahakan TT1 dan TT2 diberikan sebelum menikah.2
Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali, dengan dosis pemberian 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutan. Imunisasi TT diberikan 2x yaitu pada kunjungan pertama dan kemudian interval 4 minggu, tanpa pandang usia kehamilan. Bila pernah menerima TT 2x pada kehamilan terdahulu, maka hanya diberi TT 1x imunisasi TT bertujuan melindungi bayi dan ibu terhadap penyakit tetanus.2           
  
Jadwal pemberian imunisasi TT pada ibu hamil
Beritahukan kepada ibu hamil apakah pernah mendapatkan suntikan TT. Bila sudah, tanyakan kapan diperolehnya. Ibu hamil yang belum pernah mendapat TT pada kehamilan sebelumnya atau pada waktu akan menjadi pengantin, maka perlu mendapatkan dua kali suntikan TT dengan jarak minimal satu bulan.5
Jadwal pemberian imunisasi TT yaitu:6
1)        TT pertama diberikan pada trimester I atau umur kehamilan 0-14 minggu.
2)        TT kedua diberikan pada trimester I dan II atau setelah TTI diberikan.
3)        TT boster diberikan pada trimester I atau umur kehamilan 0-14 minggu, dimana ibu hamil pernah mendapatkan TT sebelum dan sesudah menikah atau jarak anak sebelumnya.

Jarak pemberian imunisasi TT1 dan TT2
Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4 minggu.9
Tabel 1.1. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid 10
Antigen
Interval
(selang waktu minimal)
Lama perlindungan
% perlindungan
TT 1
Pada kunjungan antenatal pertama
-
-
TT 2
4 minggu setelah TT 1
3 tahun
80
TT 3
6 bulan setelah TT 2
5 tahun
95
TT 4
1 tahun setelah TT 3
10 tahun
99
TT 5
1 tahun setelah TT 4
25 tahun/seumur hidup
99


Efek samping imunisasi TT
Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja seperti nyeri, kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan. TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk wanita hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT .5
Efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari, ini akan sembuh sendiri dan tidak perlukan tindakan/pengobatan.2

Rabu, 15 Agustus 2012

Tinjauan Umum Tentang Asfiksia Neonatorum


 Pengertian
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, dan sampai ke asidosis.2
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bayi baru lahir untuk bernapas secara spontan dan teratur sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.4
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. 8
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan.8
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir.9
 Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir ditandai dengan keadaan PaO2 didalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia (PaCO2 meningkat) dan asidosis.10
Dari beberapa sumber refrensi diatas maka penulis dapat menarik satu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan atau kondisi dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir dan dapat disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, dan sampai ke asidosis.

Klasifikasi asfiksia
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR, yaitu ;5
(1)      Asfiksia berat
Dimana nilai APGAR 0-3 dan memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali.
(2)      Asfiksia ringan sedang
Dimana nilai APGAR 4-6 dan memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas normal kembali.
(3)      Bayi normal atau sedikit asfiksia, dengan nilai APGAR 7-9
(4)      Bayi normal dengan nilai APGAR 10.
Sedangkan berdasarkan jenisnya di bagi menjadi 2 yaitu : 4
(1)  Asfiksia livida (biru)
(2) Asfiksia pallida (putih)

 Diagnosis 4,5
(1)      Intra uteri (di dalam uterus)
                  a.     Djj irreguler dan frekuensinya lebih dari 160 atau kurang dari 100 kali permenit, terjadinya gawat janin menimbulkan perubahan denyut jantung janin.
                  b.     Mekonium dalam air ketuban
Pengeluaran mekonium pada letak kepala menunjukan gawat janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus meningkat dan sfingter ani terbuka.
                  c.     Analisa air ketuban/amnioskopi
(2)      Setelah bayi lahir 5
a.    Bayi tampak pucat dan kebiru – biruan serta tidak bernafas
b.    Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik seperti kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/tidak menangis.
4.        Tanda dan gejala
(1)      Gangguan atau kesulitan pada waktu lahir
(2)      Air ketuban bercampur mekonium
(3)      Bayi tidak bernafas atau napas megap-megap (gasping)
(4)      Frekuensi jantung menurun yaitu dari 100x/menit
(5)      Tekanan darah menurun
(6)      Kulit sianosis atau pucat
(7)      Bayi tampak lemas atau flaksid (tonus otot sangat berkurang)
(8)      Gangguan metabolisme paling akhir adalah jantung sampai berhenti sama sekali yang diikuti kematian.
(9)      Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
(10)  Warna kulit kebiruan
(11)  Terjadi kejang
(12)  Penurunan kesadaran pada bayi

Etiologi
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.1
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat dan bayi berikut ini:2
(1)      Faktor ibu
a.    Preeklampsia dan eklampsia
b.    Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c.    Partus lama atau partus macet, sehingga menyebabkan kekurangan O2
d.   Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
e.    Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
(2)      Faktor Tali Pusat
a.    Lilitan tali pusat
b.    Tali pusat pendek
c.    Simpul tali pusat
d.   Prolapsus tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul

(3)      Faktor Bayi
a.    Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
b.    Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
c.    Kelainan bawaan (kongenital)
d.   Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.2

Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatorum antara lain :2
(1)      Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.
(2)      Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
(3)      Kejang
         Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
(4)      Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. 5
Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang. Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki periode apneu primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.1

Gambaran klinis 5
(1)      Asfiksia livida
Pada asfiksia livida warna kulit menjadi kebiru-biruan, tonus oto masih baik, reaksi rangsangan positif, bunyi jantung masih teratur dan prognosis lebih baik.
(2)      Asfiksia pallida (putih)
Pada asfikisa pallida warna kulit menjadi pucat, tonus otot sudah mulai berkurang, reaksi rangsangan negatif, bunyi jantung  tidak teratur lagi, dan prognosis sudah jelek.

Penatalaksanaan
Tindakan untuk mengatasi asfiksia disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi.8
Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan yang disebut ABC resusitasi sebagai berikut :8
A)      Memfokuskan saluran nafas terbuka
(1)   Meletakkan bayi dalam posisi kepala ekstensi
(2)   Menghisap hidung dan mulut bila perlu trachea
(3)   Bila perlu masukan endotrakhea untuk memastikan pernapasan terbuka.
B)     Memulai pernafasan
(1)   Melakukan rangsangan taktil untuk memulai pernafasan
(2)   Memakai ventilasi tekanan positif seperti sungkup dan balon atau pipa endotrakhea dan balon.
C)     Mempertahankan  sirkulasi darah
Rangasangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan.

 Prognosis
Prognosis tergantung pada kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam otak. Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali harus dipikirkan kemungkinannya menderita cacat mental seperti epilepsi dan pada bodoh pada masa mendatang.

Penanganan
(1)     Asfiksia ringan
Penanganannya sebagai berikut:15
(1)      Bayi dibungkus dengan kain hangat
(2)      Bersihkan jalan nafas dengan mengisap lendir pada hidung kemudian mulut
(3)      Bersihkan badan dan tali pusat
(4)      Lakukan observasi tanda vital, pantau APGAR skor, dan masukkan ke dalam inkubator dengan suhu 35oC

(2)     Asfiksia Sedang
Penanganannya sebagai berikut:15
(1)      Bersihkan jalan nafas
(2)      Berikan oksigen 2 liter per menit
(3)      Rangsang pernafasan dengan menepuk telapak kaki. Apabila ada reaksi, bantu pernafasan dengan masker ( amubag).
(3)     Asfiksia berat
Penanganannya sebagi berikut: 15
(1)      Bersihkan jalan nafas sambil pompa melalui ambubag.
(2)      Berikan oksigen 4-5 liter per menit
(3)      Bila tidak berhasil,lakukan pemasangan ETT (Endotracheal Tube )
(4)      Bersihkan jalan nafas melalui ETT (Endotracheal Tube )
(5)      Apabila bayi sudah mulai bernafas tetapi masih sianosis berikan natriun bikarbonat 7,5% sebanyak 6 cc. selanjutnya berikan dextrose 405 sebanyak 4 cc.