Laman

Selasa, 28 Februari 2012

Kecipratan Air . . . Uji Kesabaran . . .

Boleh dikatakan hari ini aku kurang beruntung. Tidak terlalu suka kalimat ini "Ih...hari ini aku s**l", kalau ngomong kayak gitu, serasa abis kena kutukan yang nggak bakalan sembuh biar dicium sama pangeran yang nyamar jadi kodok. Awalnya hanya tugas biasa, karena "yang bersangkutan" tidak bisa dihubungi sedang yang lainnya sangat membutuhkan, maka berangkatlah kami, aku dan Nova ke rumah "yang bersangkutan". Mengingat hari sudah gelap dan tak memperhatikan bintang malam ini, sehingga keberangkatan kami diiringi oleh rintik hujan. Pikirku cuma rintik doang, nggak bakalan ngaruh deh. Okey, sukses di tempat yang bersangkutan. kami dianjurkan ketempat yang dituju oleh "yang bersangkutan".Karena yang nunggu banyak, kami sebagai warga negara yang baik, ikut ngantri juga. 

Beberapa menit berselang, yang ngantri kok nggak abis-abis ya. Ada cahaya blitz.. Aduh siapa yang motret nggak bilang-bilang, belum sempat pose nih. Cek per cek, ternyata kilat, yang kemudian diikuti oleh gemuruh guntur dan akhirnya air tumpah ruah ke bumi. Masih menunggu....Ah lama juga. mulai hilang kesabaran. Tak lama berselang, muncul seseorang dengan kendaraan roda duanya. Mulanya aku kira cuma orang yang singgah berteduh, setelah lepasin helm sama jaket, aku langsung tahu nih orang dari pekerjaannya. Dia membuka pembicaraan dan kami bercerita panjang lebar, Nova asyik dengan Handphonenya, sms-an dengan Si I. Hujan makin deras disertai angin kencang, kami memutuskan untuk masuk kebagian dalam ruang tunggu, menghindari percikan air. Akhirnya, giliran aku sama nova yang dipanggil, aku masuk dan mengakhiri percakapan dengan orang yang namanya aku tidak ketahui itu. Aneh, ngomong akrab banget, udah bertemu berkali-kali tapi nggak tahu namanya. Bego yah.

Alhamdulillah, urusan sudah selesai, tapi hujan belum juga reda. Tunggu bentar lagi. lima menit...sepuluh menit...30 menit...Yeiii hujan sudah mulai reda, kami meluncur dijalanan dengan kecepatan sedang, takut jalanannya licin. Lampu tiba-tiba padam. Black out. Lanjutkan saja, siapa yang mau berlama-lama disini. Belum lima menit berkendara, hujan kembali deras, jadinya basah semua deh, sudah terlanjur basah mau diapakan lagi, kata Agnes "teruskanlah". Setibanya di perempatan traffic light, kami berbelok kearah kiri . Tiba-tiba ada sebuah mobil dari arah berlawanan. Kebetulan jalanan di penuhi air setinggi kira-kira 20 cm, dan kami tidak bisa menghindar lagi, srttssss... bisa ketebak apa yang terjadi selanjutnya. kami berdua seperti dilempari air sebaskom, hanya bisa teriak,aaarrghh ,tidak ada sumpah serapah yang keluar dari mulut kami. Hanya makian kecil "kurang ajar, mentang-mentang naik mobil". Karena lampu padam, dan gelap melanda, jadi kira-kira kejadiannya kurang lebih seperti ini.





Tiba di tempat semula, kami melaporkan semua hasil pekerjaan kami dan bersegera mengganti pakaian yang sudah basah kuyup. Selain itu, karena "yang membutuhkan" belum juga sadar dan tidak ingin meninggalkannya dalam keadaan seperti ini, sehingga kami tidak bisa menyantap makan malam yang sudah disiapkan sejak sore. Walhasil, makanannya menjadi dingin dan aromanya berubah karena di beli dalam keadaan panas dan siap saji, membiarkannya tertutup dalam waktu yang cukup lama akan mengubah rasanya. Dijamin, nggak bakalan ada nafsu untuk memakannya. 

Apa boleh dikata, "yang membutuhkan" lebih urgent dibanding perut kami. Semoga "yang membutuhkan" bisa melewati masa-masa sulitnya. Amin.

Konsep Dasar Masa Nifas


1.      Pengertian masa nifas
a.       Masa nifas (pueperrium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. (Rustam, 1998).
b.      Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti kekeadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu (Saifussing A.B. 2002).
c.       Masa nifas (puerperium) adalah waktu yang diperlukan untuk dipulihkan alat kandungan pada keadaan yang normal, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari (Manuaba, 1998).
2.      Tujuan asuhan masa nifas
       Asuhan pada masa nifas diperlukan karena periode ini merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Terutama dalam waktu 24 jam pertama. Adapun tujuan dalam masa nifas adalah :
a.       Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologinya.
b.      Melaksanakan skirning yang komprehensif, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
c.       Memberikan pendidikan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, memberikan imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayinya.
d.      Memberikan pelayanan keluarga berencana.
3.      Perubahan fisiologis masa nifas
       Fisiolgis masa nifas adalah hal-hal yang terjadi dan bersifat karakteristik dalam masa nifas artinya memberi ciri adanya masa nifas. Jadi hal-hal yang terjadi dan bersifat karakteristik ini tidak terjadi pada hal lain, misalnya masa sebelum hamil, masa hamil, maupun masa persalinan. namun, perubahan-perubahan ini dianggap normal. Perubahan fisiologis yang terjadi antara lain :
a.       Sistem kardiovaskuler
       Setelah melahirkan, pembuluh darah terbentuk secara fisiologis dan akan hilang dengan tiba-tiba. Volome darah pada ibu relatif bertambah. Keadaan ini menimbulkan beban pada jantung, sehingga dapat menimbulkan dekopresi kordis pada penderita villium kordis. Untung keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Umumnya hal ini terjadi pada hari-hari ke-3 sampai ke-15 post partum.
b.      Tanda-tanda vital
       Suhu badan sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 °C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38 °C. Sesudah 12 jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu badan melebihi dari 38 °C mungkin ada infeksi.
c.       Sistem urinaria
       Segera setelah kelahiran tidak hanya memperlihatkan oedema dan hyperemia dinding kandung kemih melainkan sering ekstravasasi darah kemukosa. Disamping itu, kandung kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relative tidak sensitive terhadap tekanan cairan intrafeksika. Kebanyakan pasien berkemih secara spontan dalam 8 jam setelah kelahiran.
d.      Sistem reproduksi
1)      Involusio adalah perubahan alat-alat genetalia interna maupun eksterna yang berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
2)      Lochia adalah secret yang berasal dari kavum dan vagina dalam masa nifas. Lochia dibedakan atas beberapa macam antara lain :
a)      Lochia rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan bercampur sisa-sisa selaput ketuban dan sel –sel desidua, sisa-sisa vernikskasiosa, lanugo dan mekonium. Hal ini berlangsung selama 2 hari pasca persalinan.
b)      Lochia sanguilenta
Berwarna merah kuning, berisi darah dan lender. Hal ini berlangsung dari hari ke-3 sampai hari ke-7 pada pasca persalinan.
c)      Lochia serosa
Berwarna kuning pucat. Cairan tidak berdarah lagi dan berlansung dari hari ke-7 sampai hari ke-14 pasca persalinan.
d)     Lochia alba
Setelah 2 minggu, karena banyak bercampur dengan leukosit dan kandungan cairannya kurang, lochia menjadi berwarna putih/putih kekuningan.
e)      Lochia purulenta
Lochia yang berbau busuk dan bernanah yang mengesankan infeksi.
f)       Lochia statis
Lochia yang tidak lancar keluarnya
       Pada masa nifas alat-alat genitalia interna berangsur pulih seperti sebelum hamil. Perubahan alat-alat genitalia pada ibu nifas adalah :
1)      Vagina
       Vagina dan pintu keluar vagina pada hari pertama pada masa nifas membentuk corong berdinding lunak dan lurus yang ukurannya perlahan mengecil tapi jarang kembali keukuran nulipara (wanita yang belum pernah melahirkan).
2)      Serviks
       Setelah melahirkan bentuk serviks akan mengangah seperti corong, disebabkan corpus uteri yang mengadakan kontraksi sehingga seolah-olah pada pembatasan seperti korpus dan serviks uteri berbentuk semacam cincin. Warna serviks merah kehitaman karena penuh pembuluh darah, konsentrasinya lunak, setelah janin lahir masih bisa dimasukkan kedalam kavum uteri setelah 2 jam hanya dapat dimasukkan 1 jari kedalam kavum uteri.
3)      Uterus
       Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat dan beratnya kurang lebih 1000 gram. Pada hari ke-5 post partum, uterus kurang lebih 500 gram dan setelah 12 hari post partum uterus tidak dapat diraba lagi dan beratnya menjadi kurang dari 300 gram.
4)      Bekas implantasi plasenta
       Segera setelah kelahiran, plasenta kira-kira sebesar telapak tangan tetapi dengan cepat ukuran mengecil. Pada akhir minggu kedua diameternya 3-4 cm.
e.       Dinding abdomen
       Dinding perut sangat teregang selama kehamilan dan akan kembali 6-8 minggu setelah persalinan, ligamentum latum dan lutundum jauh lebih kendor, pada konddisi tidak hamil mereka memerlukan waktu cukup lama untuk kembali dari peregangan dan pengendoran yang telah dialaminya selama masa kehamilan.
       Sebagai akibat terputusnya serat-serat elastisitas kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendor untuk sementara waktu pemulihan dibantu dengan latihan dan senam, dinding abdomen biasanya kembali ke keadaan sebelum hamil, tetapi kalau otot-ototnya atonik, mungkin ada pembelahan muskulus rectus yang jelas atau distasis. Pada keadaan ini dinding abdomen di sekitar garis tengah hanya oleh peritoneumtasia, lemak subcutan dan kulit.
f.       Laktasi
       Segera setelah partus, mammae yang telah dipersiapkan pada masa hamil terpengaruhi dengan akibat kelenjar berisi susu. Pengaruh oksitocin mengakibatkan miopitelium kelenjar-kelenjar susu berkontraksi, sehingga terjadi pengeluaran air susu. Umumnya air susu baru berlangsung betul pada hari ke 2-3 post partum.
       Karena adanya rangsangan isapan bayi ke hipotalamus mengeluarkan hipofise anterior sehingga mengeluarkan hormone prolaktin dimana hormone ini mempengaruhi atau memproduksi ASI. Perubahan yang terjadi pada kelenjar mammae antara lain :
1)      Poliferasi yang terjadi pada kelenjar-kelenjar alveoli dari jaringan lemak bertambah.
2)      Keluaran cairan susu dari duktus laktiferus berwarna kuning putih susu (colostrum).
3)      Hipervaskularisasi pada permulaan dan bagian dalam mammae, dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
4)      Setelah persalinan pengaruh sekresi estrogen dan progesteron hilang, maka timbul pengaruh hormon laktogenik atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu pengaruh oksitosin menyebabkan mio-epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar, produksi akan banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan.
4.      Perubahan psikologis masa nifas
       Adaptasi psikologis menurut Reva rubin (1999) melalui fase antara lain :
a.       Ketergantungan (fase taking in)
       Fase ini terjadi pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, waktu dimana ibu membutuhkan perlindungan dan pelayanan, ia memfokuskan energinya pada bayinya yang baru lahir, ia mungkin selalu membicarakan pengalaman melahirkan berulang-ulang.
b.      Ketergantungan – ketiakketergantungan (fase taking hold)
       Tahap mulai dari hari le 3 setelah melahirkan pada hari ke 4 dan ke 5 disebut sebagai “taking hold” ibu siap menerima  peran barunya dan belajar tentang suatu hal pada fase ini timbul rasa kurang percaya diri sehingga mudah mengatakan tidak mampu, selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat penting dan bernilai bagi ibu yang membutuhkan informasi sehingga ibu dapat beristirahat dengan baik. 
c.       Saling ketergantungan (fase latting go)
       Dimulai sekitar hari ke 5 sampai hari ke 6 setelah kelahiran dimana fase ini kemandirian ibu dalam perawatan diri meningkat dan ibu sudah muali sibuk dengan tugas-tugasnya.
5.      Perawatan dan pengawasan masa nifas
a.       Perawatan
1)      Mobilisasi
       Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, karena itu harus cukup istirahat selama 8 jam setelah melahirkan, tidur dengan posisi terlentang untuk mencegah trombosis. Setelah itu ibu boleh miring kiri dan kanan. Pada hari ke 2 ibu boleh melakukan latihan-latihan ringan untuk mengembalikan otot-otot perut dan panggul.
2)      Gizi
       Pada ibu yang menyusui harus mengkonsumsi makanan tambahan 500 kalori. Makanan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, namun pil zat besi untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca melahirkan.
3)      Kebersihan diri
       Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, membersihkan daerah kelamin dengan air sabun dimulai dari vulva terlebih dahulu dimulai dari depan kebelakang dan dibersihkan setelah selesai buang air kecil dan besar. Mengganti pembalut 2x sehari. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Bila ada luka laserasi sarankan ibu untuk tidak menyentuh daerah luka.
4)      Kandung kemih
       Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya, dan bila kansung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.
5)      Defekasi
       Defekasi atau buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksan peroral atau perrektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.
6)      Hubungan seksual
       Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual seuami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari kedalam vagina tanpa nyeri. dapat pula ditunda sampai 40 hari atau 6 minggu post partum.
7)      Keluarga berencana
       Pada umumnya metode keluarga berencana dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan. Dan secara idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali atau tergantung setiap pasangan bagaimana harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka merencanakan keluarganya.
b.      Pengawasan masa nifas
       Pengawasan masa nifas ini dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayinya untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah. Hal-hal yang dipantau pada masa nifas adalah :
1)      Kunjungan pertama (6-8 jam setelah persalinan), mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
a)      Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, rujuk bila perdarahan lanjut.
b)      Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
c)      Pemberian ASI awal.
d)     Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
e)      Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
f)       Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi yang baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran.
2)      Kunjungan kedua (6 hari setelah persalinan).
a)      Memastikan involusio uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b)      Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.memastikan ibu cukup mendapat makanan, cairan dan istirahat.
c)      Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
d)     Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehar-hari.
3)      Kunjungan ketiga (2 minggu setelah persalinan) seperti pada hari setelah persalinan.
4)      Kunjungan keempat (6 minggu setelah persalinan).
a)      Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami.
b)      Memberikan pelayanan konseling keluarga berencana secara dini.

Sumber :
1.      Hanifa W, Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo, 2005.

2.      Cunningham. Obstetric Williams, edisi 21.Jakarta : EGC. 2008

3.      Hanifa W, editor Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo, 2006.

4.      Murah Manoe, Syahrul Rauf, Hendrie Usmany. Editor Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi. Ujung Pandang : FK UNHAS. 1999.

5.      Abdul Bari S, Gulardi Hanif W, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Editor Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP. 2002.

6.      Gulardi Wiknjosastro. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Asuhan Obstetri Esensial. Jakarta : JNPK – KR. 2008.

7.      Klein, Susan. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta : Pallmall . 2008.

8.      Saifuddin, A.B.  Buku  Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.  Jakarta : EGC. 2000.

9.      Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4, Vol. 1. Jakarta : EGC. 2007.

10.  Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland, E/29. Jakarta : EGC. 2002.

11.  Manuaba I.B.G. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. 1998.

Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini (KPD)


1.      Pengertian
a.       Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban pada setiap saat sebelum permulaan persalinan tanpa memandang apakah pecahnya selaput ketuban pada kehmilan preterm atau aterm.
b.      Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. (Manuaba I.G.B, 1998, hal.229)
c.       Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan (Kapita Selekta, 2001 hal.310).
d.      Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. (Gawat darurat, 2004, hal.112)
2.      Etiologi
a.       Infeksi misalnya korioamniotis
b.      Trauma misalnya amniosintesis, pemeriksaan panggul atau koitus.
c.       Inkompeten serviks
d.      Kelainan letak dan presentase janin
e.       Peningkatan tekanan intrauterine misalnya kehamilan ganda dan hidramnion.
3.      Penilaian Klinik
a.       Pecahnya selaput ketuban, ditentukan dengan adanya cairan ketuban divagina, jika tidak ada dapat dicoba dengan gerakan sedikit bagian terbawa janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes kertas lakmus.
b.      Berapa usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.
c.       Ada tidaknya infeksi dengan tanda-tanda suhu >38°C, air ketuban keruh, leukosit darh>15.000/mm3.
d.      Tanda-tanda inpartu, tentukan adanya kontraksi yang teratur, periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif antara lain untuk menilai skor pelvik
4.      Patofisiologi
       Patofisiologi Ketuban Pecah Dini mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a.       Serviks Inkompentensia
b.      Ketegangan rahim berlebihan: kehamilan ganda,hidramnion
c.       Kelainan letak janin dalam rahim: letak sungsang,letak lintang.
d.      Kemungkinan kesempitan panggul: perut gantung,bagian terendah belum masuk PAP.
e.       Kelainan bawaan dari selaput ketuban
f.       Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
5.      Komplikasi
a.       Terhadap ibu
       Karena jalan terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartum, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam, selain itu juga dapat dijumpai infeksi nifas, peritonitis, dan septikemia, ibu akan merasa lelah karena berbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, suhu badan akan naik, naik cepat  dan nampaklah gejala-gejala infeksi.
b.      Terhadap Janin
       Walaupun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin mengalami infeksi sehingga akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
6.      Penanganan
a.       Konservatif
1)      Rawat di rumah sakit
2)      Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau ertitromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazole 2 x 500 mg selama 7 hari).
3)      Jika umur kehamilan  32-34 minggu, dirawat selama air  ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4)      Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolotik (salbutamol), dexamethasone, dan induksi dalam 24 jam.
5)      Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
6)      Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
7)      Pada usia 32-34 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dosis betamethasone 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, dexamethasone IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
b.      Aktif
1)      Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio secarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 ug intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2)      Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri bila skor pelvik < 5, dilakukan pematangan serviks kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio secarea atau bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
7.      Penatalaksanaan
KETUBAN PECAH
< 37 Minggu
>37 Minggu
Infeksi
Tidak ada infeksi
Infeksi
Tidak ada infeksi
Berikan penisilin, gentamisin dan Metronidazole lahirkan bayi
Amoksisilin + eritromisin untuk 7 hari
Steroid untuk pematangan paru
Berikan penisilin, gentamisin dan metronidasole lahirkan bayi
Lahirkan bayi


Berikan penisilin dan ampisilin.
ANTIBIOTIKA SETELAH PERSALINAN
Profilaksis
Infeksi
Tidak ada infeksi
Stop antibiotic
Lanjutkan untuk 24 – 48 jam setelah bebas panas.
Tidak perlu antibiotik


Sumber :
1.      Hanifa W, Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo, 2005.
2.      Cunningham. Obstetric Williams, edisi 21.Jakarta : EGC. 2008
3.      Abdul Bari S, Gulardi Hanif W, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Editor Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP. 2002.
4.      Gulardi Wiknjosastro. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Asuhan Obstetri Esensial. Jakarta : JNPK – KR. 2008.
5.      Klein, Susan. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta : Pallmall . 2008.
6.      Saifuddin, A.B.  Buku  Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.  Jakarta : EGC. 2000.
7.      Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4, Vol. 1. Jakarta : EGC. 2007.
8.      Manuaba I.B.G. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. 1998.
9.      Bibilung, 2008. Gizi Ibu Hamil dan Bayinya, Wordpress.com, Akses 17 Maret 2008.
10.  Prawirohardjo S, 2002 , Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono, Jakarta.