1. Pengertian
infeksi tali pusat
Tali pusat merupakan bagian yang penting
untuk diperhatikan pada bayi yang baru lahir. Bayi yang baru lahir kurang lebih
dua menit akan segera di potong tali pusatnya kira-kira dua sampai tiga
sentimeter yang hanya tinggal pada pangkal pusat (umbilicus), dan sisa
potongan inilah yang sering terinfeksi Staphylococcus aereus pada ujung
tali pusat akan mengeluarkan nanah dan pada sekitar pangkal tali pusat akan
memerah dan disertai edema (Musbikin, 2005).
Pada keadaan infeksi berat, infeksi
dapat menjalar hingga ke hati (hepar) melalui ligamentum (falsiforme)
dan menyebabkan abses yang berlipat ganda. Pada keadaan menahun dapat
terjadi granuloma pada umbilikus (Prawirohardjo, 2007). Infeksi tali pusat
adalah suatu penyakit toksemik akut yang disebabkan oleh clostridium tetani dengan
tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran (Mieke,
2006).
2. Faktor-faktor penyebab infeksi tali
pusat
Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya infeksi tali pusat pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut :
a.
Faktor
kuman
Staphylococcus aereus ada
dimana-mana dan didapat pada masa awal kehidupan hampir semua bayi, saat lahir
atau selama masa perawatan. Biasanya Staphylococcus aereus sering
dijumpai pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran cerna terkolonisasi. Untuk
pencegahan terjadinya infeksi tali pusat sebaiknya tali pusat tetap dijaga
kebersihannya, upayakan tali pusat agar tetap kering dan bersih, pada saat
memandikan di minggu pertama sebaiknya jangan merendam bayi langsung ke dalam
air mandinya karena akan menyebabkan basahnya tali pusat dan memperlambat
proses pengeringan tali pusat. Dan masih banyak penyebab lain yang dapat
memperbesar peluang terjadinya infeksi pada tali pusat seperti penolong
persalinan yang kurang menjaga kebersihan terutama pada alat-alat yang
digunakan pada saat menolong persalinan dan khususnya pada saat pemotongan tali
pusat. Biasakan mencuci tangan untuk pencegahan terjadinya infeksi (Danuatmadja,
2008).
b.
Proses persalinan
Persalinan yang tidak sehat atau yang
dibantu oleh tenaga non medis. Kematian bayi yang diakibatkan oleh tetanus ini
terjadi saat pertolongan persalinan oleh dukun pandai, terjadi pada saat
memotong tali pusat menggunakan alat yang tidak steril dan tidak diberikan obat
antiseptik.
c.
Faktor tradisi
Untuk
perawatan tali pusat juga tidak lepas dari masih adanya tradisi yang berlaku di
sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai ramuan-ramuan atau
serbuk-serbuk yang dipercaya bisa membantu mempercepat kering dan lepasnya
potongan tali pusat. Ada yang mengatakan tali pusat bayi itu harus diberi
abu-abu pandangan seperti inilah yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena
justru dengan diberikannya berbagai ramuan tersebut kemungkinan terjangkitnya
tetanus lebih besar biasanya penyakit tetanus neonatorum ini cepat menyerang
bayi, pada keadaan infeksi berat hanya beberapa hari setelah persalinan jika
tidak ditangani biasa mengakibatkan meninggal dunia (Mieke, 2006).
3.
Tanda
dan gejala infeksi tali pusat.
Tanda-tanda yang perlu dicurigai oleh
orang tua baru adalah apabila timbul bau menyengat dan terdapat cairan berwarna
merah darah atau bisa juga berbentuk nanah di sisa tali pusat bayi. Hal
tersebut menandakan sisa tali pusat mengalami infeksi, lekas bawa bayi ke
klinik atau rumah sakit, karena apabila infeksi telah merambat ke perut bayi,
akan menimbulkan gangguan serius pada bayi (Febrina, 2009) .
Manifestasi kebanyakan infeksi staphylococcus
pada neonatus adalah tidak spesifik, bakteremia tanpa kerusakan jaringan
setempat dikaitkan dengan berbagai tanda, berkisar dari yang ringan sampai
dengan keadaan yang berat. Distress pernafasan, apnea, bradikardia,
abnormalitas saluran cerna, masalah termoregulasi, adanya perfusi yang buruk, dan
disfungsi serebral merupakan hal umum. Infeksi spesifik yang disebabkan oleh staphylococcus
aereus meliputi pneumonia, efusi pleural, meningitis, endokarditis,
omfalitis, abses, dan osteomielitis (Susan Kelin, 2009).
Bayi yang terinfeksi tali pusatnya, pada
tempat tersebut biasanya akan mengeluarkan nanah dan pada bagian sekitar
pangkal tali pusat akan terlihat merah dan dapat disertai dengan edema. Pada
keadaan yang berat infeksi dapat menjalar ke hati (hepar) melalui ligamentum
falsiforme dan menyebabkan abses yang berlipat ganda. Pada keadaan menahun
dapat terjadi granuloma pada umbilikus (Prawirohardjo, 2007).
Jika tali pusat bayi bernanah atau
bertambah bau, berwarna merah, panas, bengkak, dan ada area lembut di sekitar
dasar tali pusat seukuran uang logam seratus rupiah, ini merupakan tanda
infeksi tali pusat (Sean, 2009).
4.
Pencegahan
dan penanganan infeksi tali pusat
a. Pencegahan
Untuk pencegahan awal tetanus dapat diberikan pada calon
pengantin dengan harapan bila setelah menikah dan hamil tubuhnya sudah punya
antitoksin tetanus yang akan ditransfer ke janin melalui plasenta. Seorang
wanita yang sudah diimunisasi tetanus 2 kali dengan interval 4-6 minggu
diharapkan mempunyai kekebalan terhadap tetanus selama tiga tahun imunisasi TT
diberikan juga pada ibu hamil, diberikan 2 kali pada trimester kedua dengan
interval waktu 4-6 minggu diharapkan dapat memberikan kekebalan selama tiga tahun
sehingga jika si ibu hamil kurun waktu tiga tahun itu tidak diberikan imunisasi
TT atau satu kali saja imunisasi sudah cukup (Erikania, 2007).
Agar
tali pusat tidak terinfeksi, perlu dilakukan inspeksi tali pusat, klem dilepas,
dan tali pusat diikat dan dipotong dekat umbilikus kurang dari 24 jam setelah
bayi lahir. Ujung dari potongan diberikan krim klorheksidin untuk mencegah
infeksi pada tali pusat, dan tidak perlu dibalut dengan kasa dan dapat hanya
diberi pengikat tali pusat atau penjepit tali pusat yang terbuat dari plastik
(Penny, 2008).
Dalam keadaan normal, tali pusat akan lepas dengan sendirinya
dalam waktu lima sampai tujuh hari. Tapi dalam beberapa kasus bisa sampai dua
minggu bahkan lebih lama. Selama belum pupus, tali pusat harus dirawat dengan
baik. Agar tali pusat tidak infeksi, basah, bernanah, dan berbau. Bersihkan
tali pusat bayi dengan sabun saat memandikan bayi. Keringkan dengan handuk
lembut. Olesi dengan alkohol 70%. Jangan pakai betadine, karena yodium yang
dikandung betadine dapat masuk ke peredaran darah bayi dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan kelenjar gondok. Biarkan terbuka hingga kering, dapat dibungkus
dengan kasa steril. Jangan mengolesi tali pusat dengan ramuan atau menaburi
bedak, karena dapat menjadi media yang baik bagi tumbuhnya kuman, termasuk
kuman tetanus (Wartamedika, 2006).
Untuk penggantian popok, sebaiknya popok yang telah basah
segera diganti untuk menghindari iritasi tali pusat, area tali pusat jangan
ditutup dengan popok atau celana plastik dan bila bayi menggunakan popok
langsung pakai saja (Sean, 2009).
Pencegahan pada infeksi tali pusat dapat
dilakukan dengan perawatan tali pusat yang baik. Jika di tempat perawatan bayi
banyak penyebab infeksi dengan staphylococcus aereus maka perawatan tali
pusat dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Setelah tali pusat
dipotong, ujung tali pusat diolesi dengan tincture jodii.
2) Tangkai tali pusat /
pangkal tali pusat dan kulit di sekeliling tali pusat dapat diolesi dengan triple-dye
(triple dye ini adalah campuran brilliant green 2,29 g, prylapine
bemisulfate 1,14 g, dan crystal violet 2,29 g yang dilarutkan dalam
satu liter air), jika obat-obat ini tidak ada dapat pula digantikan dengan merkurokrom.
3)
Atau tali pusat cukup ditutupi dengan kasa steril dan diganti
setiap hari (Prawirohardjo, 2007).
b.
Penanganan
Infeksi pada bayi dapat merupakan
penyakit yang berat dan sangat sulit diobati. Jika tali pusat bayi terinfeksi
oleh Staphylococcus aereus, sebagai pengobatan lokal dapat diberikan
salep yang mengandung neomisin dan basitrasin. Selain itu juga
dapat diberikan salep gentamisin. Jika terdapat granuloma, dapat
pula dioleskan dengan larutan nitras argenti 3% (Prawirohardjo, 2007).
1)
Infeksi tali pusat lokal atau terbatas
Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan
nanah, atau berbau busuk, dan di sekitar tali pusat kemerahan dan pembengkakan
terbatas pada daerah ≤ 1 cm di sekitar pangkal tali pusat lokal atau terbatas.
Cara penanganannya :
a) Biasakan untuk selalu
mencuci tangan sebelum memegang atau membersihkan tali pusat, untuk mencegah
berpindahnya kuman dari tangan.
b) Bersihkan tali pusat
menggunakan larutan antiseptik (misalnya klorheksidin atau iodium
povidon 2,5%) dengan kain kassa yang bersih.
c) Olesi tali pusat pada
daerah sekitarnya dengan larutan antiseptik (misalnya gentian violet 0,5%
atau iodium povidon 2,5%) delapan kali sehari sampai tidak ada nanah
lagi pada tali pusat. Anjurkan bayi melakukan ini kapan saja bila memungkinkan.
d)
Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi
area 1 cm, obati seperti infeksi tali pusat berat atau meluas.
2)
Infeksi tali pusat berat atau meluas
Jika kulit di sekitar tali pusat merah
dan mengeras atau bayi mengalami distensi abdomen, obati sebagai tali pusat
berat atau meluas. Cara penanganannya :
a)
Ambil sampel darah dan kirim ke laboratorium untuk
pemeriksaan kultur dan sensivitasi.
b) Beri kloksasilin per
oral selama 5 hari.
c) Jika terdapat pustule
/ lepuh kulit dan selaput lendir.
d) Cari tanda-tanda
sepsis.
e)
Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali
pusat lokal atau terbatas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar