Laman

Senin, 13 Agustus 2012

Tinjauan Tentang Risiko Kejadian Mioma uteri


1.        Umur
Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50 tahun yaitu mendekati angka 40%, sangat jarang ditemukan pada usia dibawah 20 tahun. Sedangkan pada usia menopause hampir tidak pernah ditemukan (Wiknjosastro, 2005). Pada usia sebelum menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada usia reproduksi, serta akan turun pada usia menopause (Ganong, 2008). Pada wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10% (Jodosapoetro, 2005).
Wanita pada umur 30-an dan 40-an sering mengalami pertumbuhan fibroid. Namun begitu, sebanyak 30% dari seluruh wanita mengalami pertumbuhan fibroid apabila umur mereka mencapai 35 tahun. Dari hasil estimasi yang dilakukan, seramai 20% dari wanita kulit putih dan 50% dari wanita kulit hitam dengan usia di atas 30 tahun mengalami fibroid (Rosenthal, 2003).

2.        Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri (Parker, 2007).
3.        Indeks Massa Tubuh (IMT)
Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan risiko menderita mioma uteri adalah setinggi 21% untuk setiap kenaikan 10kg berat badan dan dengan peningkatan indeks massa tubuh. Temuan yang sama juga turut dilaporkan untuk wanita dengan 30% kelebihan lemak tubuh. Ini terjadi kerana obesitas menyebabkan peningkatan konversi androgen adrenal kepada estrogen dan menurunkan hormon sex-binding globulin. Hasilnya menyebabkan peningkatan estrogen secara biologikal yang bisa menerangkan mengapa terjadi peningkatan prevalensi mioma uteri dan pertumbuhannya (Parker, 2007).
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh enzim aromatase di jaringan lemak (Djuwantono, 2004).
Beberapa penelitian menemukan hubungan antara obesitas dan peningkatan insiden mioma uteri. Suatu studi di Harvard yang dilakukan oleh Dr. Lynn Marshall menemukan bahwa wanita yang mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas normal, berkemungkinan 30,23% lebih sering menderita mioma uteri. Ros dkk, (1986) mendapatkan risiko mioma uteri meningkat hingga 21% untuk setiap 10 Kg kenaikan berat badan dan hal ini sejalan dengan kenaikan IMT (Djuwantono, 2004).
4.        Paritas
Mioma lebih sering terjadi pada wanita nullipara atau wanita yang hanya mempunyai 1 anak (Llewellyn, 2001). Parker mengemukakan bahwa semakin meningkatnya jumlah kehamilan maka akan menurunkan insidensi mioma uteri. Resiko terjadinya mioma uteri akan menurun dari 20%-50% dengan melahirkan minimal 1 orang anak. Dalam penelitiannya, Chen menemukan bahwa resiko menurun hingga 70% pada wanita yang melahirkan 2 anak atau lebih (Victory, 2006).
Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk terjadinya perkembangan mioma ini dibandingkan wanita yang tidak pernah hamil atau satu kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tidak pernah hamil atau hanya hamil satu kali (Schorge et al., 2008).
Dari penelitian yang dilakukan Hafiz et al di Nisthar hospital Multan Pakistan mengemukakan bahwa mioma uteri terjadi pada 74 % pasien dengan paritas 1-5 (multipara) dan 13 % pasien dengan paritas 0 (nulipara), dengan kata lain sebagian besar mioma uteri terjadi pada pasien dengan multipara (Hafiz et al, 2003).
Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang pernah dilakukan ditemukan sebesar 0,3%-7,2% selama kehamilan. Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus (Scott, 2002). Kedua keadaan ini ada kemungkinan dapat mempercepat pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2003).
5.        Makanan
Dari beberapa penelitian yang dilakukan menerangkan hubungan antara makanan dengan prevalensi atau pertumbuhan mioma uteri. Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden mioma uteri. Tidak diketahui dengan pasti apakah vitamin, serat atau phytoestrogen berhubungan dengan mioma uteri (Parker, 2007).

1 komentar: