1.
Definisi Mioma
Uteri
Mioma
uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid, atau leiomioma
merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus dan jaringan ikat
yang menumpanginya. Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal
dari otot polos jaringan fibrous sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi
padat jika jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi lunak jika otot
rahimnya yang dominan (Sozen, 2000).
Mioma
Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma, fibromioma,
atau fibroid. (Mansjoer. A, 2001)
Mioma
merupakan tumor yang paling umum pada traktus genitalis. Mioma uteri dikenal
juga dengan sebutan fibromioma, fibroid, atau leiomioma merupakan neoplasma
jinak. Mioma terdiri atas serabut-serabut otot polos yang dikelingi dengan
untaian jaringan ikat, dan dikelilingi oleh kapsul yang tipis (Llewellyn,
Jones, 2001).
Mioma
uterus yang disebut juga fibromioma uterus, leiomioma uterus, atau uterin
fibroid, adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos dinding uterus
(Jong, 2005).
Mioma
uteri merupakan tumor jinak miometrium dengan ciri tersendiri, bulat, keras,
berwarna putih hingga merah muda pucat, sebagian besar terdiri dari otot polos
dengan beberapa jaringan ikat (Benson, 2009).
2.
Klasifikasi
Berdasarkan lapisan uterus yang terkena mioma uteri menurut Nurana
(2007) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.
Mioma submukosa, adalah mioma uteri
yang terdapat di lapisan mukosa uterus dan tumbuh ke arah kavum uterus, mioma
submukosum ini dapat pula bertangkai dan keluar ke vagina melalui kanalis
servikalis yang disebut myomageburt.
b.
Mioma intramural, adalah mioma uteri
yang terdapat di dalam dinding uterus (lapisan miometrium).
c.
Mioma subserosa, adalah mioma uteri
yang terdapat di lapisan serosa uterus dan tumbuh kearah rongga peritonium,
mioma subserosa dapat pula bertangkai yang disebut mioma pedunkularis (peduncullated),
dan apabila terlepas dari induknya dan berjalan-jalan atau dapat menempel dalam
rongga peritoneum disebut wandering/parasitic fibroid.
3.
Etiologi
Mioma Uteri
Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara
pertumbuhan tumor dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada
jaringan mioma uteri, serta adanya faktor predisposisi yang bersifat herediter
dan faktor hormon pertumbuhan dan Human Placental Lactogen. Para ilmuwan telah
mengidentifikasi kromosom yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh
pada pertumbuhan fibroid. Beberapa ahli mengatakan bahwa mioma uteri diwariskan
dari gen sisi paternal. Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan
mengecil pada saat menopause, sehingga diperkirakan dipengaruhi juga oleh hormon-hormon
reproduksi seperti estrogen dan progesteron. Selain itu juga jarang ditemukan
sebelum menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama kehamilan dan kadang mengecil
setelah menopause (Hart, 2000).
4.
Patofisiologi
Patofisiologi mioma uteri menurut Manuaba (2003), dapat diikuti sebagai
berikut:
a.
Setiap konfigurasi mulai dari satu sel
monoklonal, yang menunjukkan kelainan kromosom multipel.
b.
Setiap sel mengandung reseptor
estrogen dan progesteron.
c.
Transformasi neoplasma sel otot polos
uterus dipengaruhi oleh:
1)
Komposisi estrogen dan progesteron
2)
Faktor pertumbuhan lokal:
a)
Epidermal growth factor
b)
Insulin-like growth factor
c)
Platelet derived growth factor
d.
Mioma uteri tidak dapat dijumpai
sebelum menarche dan mengecil setelah menopause
e.
Rangsangan estrogen dan progesteron
secara teratur mengakibatkan pertumbuhan mioma uteri yang bersifat, berlapis
seperti berambang atau
konfigurasi gulungan.
f.
Di antara gabungan lapisan otot polos
terdapat berbagai variasi jaringan ikat yang menimbulkan variasi konsistensi
mioma uteri
5.
Gejala Mioma
Uteri
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi,
arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20-50%
saja mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun.
Hipermenoroe, menometroragia adalah merupakan gejala klasik dari mioma uteri.
Dari penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita ditemukan 44%
gejala perdarahan, yang paling sering adalah jenis mioma submukosa, sekitar 65%
wanita dengan mioma mengeluh dismenoroe, nyeri perut bagian bawah, serta nyeri
pinggang. Tergantung dari lokasi dan arah pertumbuhan mioma, maka kandung
kemih, ureter, dan usus dapat terganggu, dimana peneliti melaporkan keluhan
disuri (14%), keluhan obstipasi (13%). Mioma uteri sebagai penyebab
infertilitas hanya dijumpai pada 2-10% kasus. Infertilitas terjadi sebagai
akibat obstruksi mekanis tuba falopii. Abortus spontan dapat terjadi bila mioma
uteri menghalangi pembesaran uterus,
dimana menyebabkan kontraksi uterus yang
abnormal, dan mencegah terlepas atau
tertahannya uterus di dalam panggul (Goodwin, 2009).
6.
Diagnosis
Mioma Uteri
a.
Anamnesis
Dalam
anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor risiko
serta kemungkinan komplikasi yang terjadi. Biasanya teraba massa menonjol
keluar dari jalan lahir yang dirasakan bertambah panjang serta adanya riwayat
pervaginam terutama pada wanita usia 40-an. Kadang juga dikeluhkan perdarahan
kontak (Hart, 2000).
b.
Pemeriksaan Fisik
Mioma
uteri mudah ditemukan melalui pemriksaan bimanual rutin uterus. Diagnosis mioma
uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih
massa yang licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini
adalah bagian dari uterus.
c.
Pemeriksaan penunjang
1)
Temuan Laboratorium
Anemia
merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan uterus
yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma menghasilkan
eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan
antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma
terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan kemudian
menginduksi pembentukan eritropoietin ginjal.
2)
Imaging
a)
Pemeriksaan dengan USG (Ultrasonografi)
transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri.
Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus
atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui ultrasonografi
transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi
yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus.
b)
Histeroskopi digunakan untuk melihat
adanya mioma uteri submukosa, jika mioma kecil serta bertangkai. Mioma tersebut
sekaligus dapat diangkat.
c)
MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan likasi mioma tetapi
jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas tegas
dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3
mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma (Goodwin, 2009).
7.
Penatalaksanaan
Mioma Uteri
a.
Konservatif
Penderita dengan mioma
kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan, tetapi harus diawasi
perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari kehamilan 10-12 minggu,
tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu diambil tindakan
operasi.
b.
Medikamentosa
Terapi
yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan mioma uteri secara
menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi medikamentosa masih merupakan
terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif.
Preparat
yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog GnRHa (Gonadotropin
Realising Hormon Agonis), progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen,
goserelin, antiprostaglandin, agen-agen lain seperti gossypol dan amantadine
(Verala, 2003).
c.
Operatif
Pengobatan
operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan embolisasi arteri uterus.
1)
Miomektomi, adalah pengambilan sarang
mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya
pada mioma mioma submukosa pada mioma geburt dengan cara ekstirpasi lewat
vagina.
2)
Histerektomi, adalah pengangkatan
uterus, yang umumnya tindakan terpilih. Histerektomi total umumnya dilakukan
dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.
3)
Embolisasi arteri uterus (Uterin
Artery Embolization / UAE), adalah injeksi arteri uterina dengan butiran
polyvinyl alkohol melalui kateter yang nantinya akan menghambat aliran darah ke
mioma dan menyebabkan nekrosis. Nyeri setelah UAE lebih ringan daripada setelah
pembedahan mioma dan pada UAE tidak dilakukan insisi serta waktu penyembuhannya
yang cepat (Swine, 2009).
d.
Radiasi dengan radioterapi
Radioterapi
dilakukan untuk menghentikan perdarahan yang terjadi pada beberapa kasus.
terima kasih mbak tulisnya sangat bermanfaat sekali ..
BalasHapushttp://www.tanyadok.com/kesehatan/mengenal-mioma-uteri-lebih-jauh