Laman

Senin, 13 Agustus 2012

Tinjauan Umum Tentang Mioma Uteri


1.        Definisi Mioma Uteri

Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid, atau leiomioma merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot polos uterus dan jaringan ikat yang menumpanginya. Mioma uteri berbatas tegas, tidak berkapsul, dan berasal dari otot polos jaringan fibrous sehingga mioma uteri dapat berkonsistensi padat jika jaringan ikatnya dominan, dan berkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang dominan (Sozen, 2000).
Mioma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat sehingga dalam kepustakaan disebut juga leiomioma, fibromioma, atau fibroid. (Mansjoer. A, 2001)
Mioma merupakan tumor yang paling umum pada traktus genitalis. Mioma uteri dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid, atau leiomioma merupakan neoplasma jinak. Mioma terdiri atas serabut-serabut otot polos yang dikelingi dengan untaian jaringan ikat, dan dikelilingi oleh kapsul yang tipis (Llewellyn, Jones, 2001).
Mioma uterus yang disebut juga fibromioma uterus, leiomioma uterus, atau uterin fibroid, adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos dinding uterus (Jong, 2005).
Mioma uteri merupakan tumor jinak miometrium dengan ciri tersendiri, bulat, keras, berwarna putih hingga merah muda pucat, sebagian besar terdiri dari otot polos dengan beberapa jaringan ikat (Benson, 2009).
2.        Klasifikasi
Berdasarkan lapisan uterus yang terkena mioma uteri menurut Nurana (2007) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.         Mioma submukosa, adalah mioma uteri yang terdapat di lapisan mukosa uterus dan tumbuh ke arah kavum uterus, mioma submukosum ini dapat pula bertangkai dan keluar ke vagina melalui kanalis servikalis yang disebut myomageburt.
b.         Mioma intramural, adalah mioma uteri yang terdapat di dalam dinding uterus (lapisan miometrium).
c.         Mioma subserosa, adalah mioma uteri yang terdapat di lapisan serosa uterus dan tumbuh kearah rongga peritonium, mioma subserosa dapat pula bertangkai yang disebut mioma pedunkularis (peduncullated), dan apabila terlepas dari induknya dan berjalan-jalan atau dapat menempel dalam rongga peritoneum disebut wandering/parasitic fibroid.
3.        Etiologi Mioma Uteri
Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan tumor dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri, serta adanya faktor predisposisi yang bersifat herediter dan faktor hormon pertumbuhan dan Human Placental Lactogen. Para ilmuwan telah mengidentifikasi kromosom yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid. Beberapa ahli mengatakan bahwa mioma uteri diwariskan dari gen sisi paternal. Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil pada saat menopause, sehingga diperkirakan dipengaruhi juga oleh hormon-hormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron. Selain itu juga jarang ditemukan sebelum menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama kehamilan dan kadang mengecil setelah menopause (Hart, 2000).
4.        Patofisiologi
Patofisiologi mioma uteri menurut Manuaba (2003), dapat diikuti sebagai berikut:
a.         Setiap konfigurasi mulai dari satu sel monoklonal, yang menunjukkan kelainan kromosom multipel.
b.         Setiap sel mengandung reseptor estrogen dan progesteron.
c.         Transformasi neoplasma sel otot polos uterus dipengaruhi oleh:
1)        Komposisi estrogen dan progesteron
2)        Faktor pertumbuhan lokal:
a)    Epidermal growth factor
b)   Insulin-like growth factor
c)    Platelet derived growth factor
d.        Mioma uteri tidak dapat dijumpai sebelum menarche dan mengecil setelah menopause
e.         Rangsangan estrogen dan progesteron secara teratur mengakibatkan pertumbuhan mioma uteri yang bersifat, berlapis seperti berambang atau
konfigurasi gulungan.
f.          Di antara gabungan lapisan otot polos terdapat berbagai variasi jaringan ikat yang menimbulkan variasi konsistensi mioma uteri
5.        Gejala Mioma Uteri
Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi, arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20-50% saja mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun. Hipermenoroe, menometroragia adalah merupakan gejala klasik dari mioma uteri. Dari penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 penderita ditemukan 44% gejala perdarahan, yang paling sering adalah jenis mioma submukosa, sekitar 65% wanita dengan mioma mengeluh dismenoroe, nyeri perut bagian bawah, serta nyeri pinggang. Tergantung dari lokasi dan arah pertumbuhan mioma, maka kandung kemih, ureter, dan usus dapat terganggu, dimana peneliti melaporkan keluhan disuri (14%), keluhan obstipasi (13%). Mioma uteri sebagai penyebab infertilitas hanya dijumpai pada 2-10% kasus. Infertilitas terjadi sebagai akibat obstruksi mekanis tuba falopii. Abortus spontan dapat terjadi bila mioma uteri menghalangi pembesaran  uterus, dimana  menyebabkan kontraksi  uterus  yang  abnormal, dan mencegah terlepas atau tertahannya uterus di dalam panggul (Goodwin, 2009).
6.        Diagnosis Mioma Uteri
a.         Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor risiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi. Biasanya teraba massa menonjol keluar dari jalan lahir yang dirasakan bertambah panjang serta adanya riwayat pervaginam terutama pada wanita usia 40-an. Kadang juga dikeluhkan perdarahan kontak (Hart, 2000).
b.         Pemeriksaan Fisik
Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemriksaan bimanual rutin uterus. Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa yang licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus.
c.         Pemeriksaan penunjang
1)        Temuan Laboratorium
Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia. Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoietin ginjal.
2)        Imaging
a)         Pemeriksaan dengan USG (Ultrasonografi) transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yang kecil. Uterus atau massa yang paling besar baik diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran uterus.
b)        Histeroskopi digunakan untuk melihat adanya mioma uteri submukosa, jika mioma kecil serta bertangkai. Mioma tersebut sekaligus dapat diangkat.
c)         MRI ( Magnetic Resonance Imaging ) sangat akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan likasi mioma tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap berbatas tegas dan dapat dibedakan dari miometrium normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma (Goodwin, 2009).



7.        Penatalaksanaan Mioma Uteri
a.         Konservatif
Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar dari kehamilan 10-12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu diambil tindakan operasi.
b.         Medikamentosa
Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara dari operatif.
Preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog GnRHa (Gonadotropin Realising Hormon Agonis), progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, antiprostaglandin, agen-agen lain seperti gossypol dan amantadine (Verala, 2003).
c.         Operatif
Pengobatan operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan embolisasi arteri uterus.
1)             Miomektomi, adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma mioma submukosa pada mioma geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
2)             Histerektomi, adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.
3)             Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization / UAE), adalah injeksi arteri uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang nantinya akan menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis. Nyeri setelah UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan mioma dan pada UAE tidak dilakukan insisi serta waktu penyembuhannya yang cepat (Swine, 2009).
d.        Radiasi dengan radioterapi
Radioterapi dilakukan untuk menghentikan perdarahan yang terjadi pada beberapa kasus.

1 komentar: