Perawatan
Bedah dalam Kebidanan
1.
Perioperasi
Merupakan
tahapan-tahapan yang terdiri dari pra operasi, intra operasi dan pasca operasi
2.
Pra Operasi
Merupakan
tahapan awal sebelum dilaksanakan operasi dimulai sejak persiapan operasi dan
berakhir sampai pasien berada di meja operasi.
3.
Intra operasi
Merupakan
proses operasi, dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah sampai ke ruang
pemulihan.
4.
Pasca operasi
Merupakan
masa setelah dilaksanakan operasi, dimulai sejak pasien memasuki ruang
pemulihan sampai evaluasi selanjutnya.
Jenis-jenis
operasi/ pembedahan
1. Pembedahan diagnostik
Untuk menentukan sebab gejala penyakit
2. Pembedahan kuratif
Untuk mengambil bagian dari penyakit
3. Pembedahan restoratif
Untuk menyambung daerah yang terpisah
4. Pembedahan paliatif
Untuk mengurangi gejala tanpa menyembuhkan
5. Pembedahan kosmetik
Untuk mempercantik tubuh
Perawatan pre operasi dimulai ketika
keputusan tindakan pembedahan di ambil, dan berakhir ketika klien di pindahkan
ke kamar operasi. Dalam fase pre operasi ini dilakukan pengkajian pre operasi
awal, merencanakan penyuluhan dengan metode yang sesuai dengan kebutuhan pasien,
melibatkan keluarga atau orang terdekat dalam wawancara, memastikan kelengkapan
pemeriksaan praoperasi, mengkaji kebutuhan klien dalam rangka perawatan post
operasi.
Perawatan pre
operatif merupakan tahapan awal dari peperawatan perioperatif. Kesuksesan
tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini
disebabkan fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan
tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan
berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi
pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk
keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.
Persiapan Klien
a.
Persiapan
Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi
dalam 2 tahapan, yaitu :
-
Persiapan
di unit perawatan
-
Persiapan
di ruang operasi
Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap
pasien sebelum operasi antara lain :
1)
Status
kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting
dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien,
riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga,
pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status
kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin,
fungsi imunologi, dan lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup,
karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres
fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat
hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan
memicu terjadinya haid lebih awal.
2)
Status
Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan
mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas,
kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala
bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan
protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan
pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien
menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering
terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga
luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi
yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
3)
Keseimbangan
cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam
kaitannya dengan input dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum
harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan
pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l),
kadar kalium serum (normal : 3,5 - 5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 -
1,50 mg/dl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi
ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi
metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat
dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti
oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus
ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang
mengancam jiwa.
4)
Kebersihan
lambung dan kolon
Lambung
dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi keperawatan yang bisa
diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan
pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa
berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00).
Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi
(masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke
area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan.
Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi CITO (segera), seperti pada pasien
kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan lambung dapat dilakukan dengan cara
pemasangan NGT (naso gastric tube).
5)
Pencukuran
daerah operasi
Pencukuran pada daerah operasi ditujukan
untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan
karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan
juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun
demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran sebelum
operasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan. Tindakan pencukuran
(scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada
daerah yang dicukur. Sering kali pasien di berikan kesempatan untuk mencukur
sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha. Misalnya : apendiktomi, herniotomi, uretrolithiasis, operasi pemasangan plate pada fraktur femur, hemmoroidektomi. Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan pada pemasangan infus sebelum pembedahan.
6)
Personal
Hygine
Kebersihan tubuh pasien sangat penting
untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman
dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang
kondisi fisiknya kuat diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah
operasi dengan lebih seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi
kebutuhan personal hygiene secara mandiri maka perawat akan memeberikan bantuan
pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
7)
Pengosongan
kandung kemih
Pengosongan kandung kemih dilakukan
dengan melakukan pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder
tindakan kateterisasi juga diperluka untuk mengobservasi balance cairan.
8)
Latihan
Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada
pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam
menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi, batuk dan
banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan
yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain :
-
Latihan
Nafas Dalam
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat
bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien
relaksasi sehingga pasien lebih mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat
meningkatkan kualitas tidur. Selain itu teknik ini juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan oksigenasi darah setelah anastesi umum. Dengan melakukan
latihan tarik nafas dalam secara efektif dan benar maka pasien dapat segera
mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien. Latihan nafas dalam dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1) Pasien tidur
dengan posisi duduk atau setengah duduk (semifowler) dengan lutut ditekuk dan
perut tidak boleh tegang.
2) Letakkan tangan
diatas perut
3) Hirup udara
sebanyak-banyaknya dengan menggunakan hidung dalam kondisi mulut tertutup
rapat.
4) Tahan nafas
beberapa saat (3-5 detik) kemudian secara perlahan-lahan, udara dikeluarkan
sedikit demi sedikit melalui mulut.
5) Lakukan hal ini
berulang kali (15 kali)
6) Lakukan latihan
dua kali sehari praopeartif.
Latihan batuk efektif juga sangat
diperlukan bagi klien terutama klien yang mengalami operasi dengan anstesi general.
Karena pasien akan mengalami pemasangan alat bantu nafas selama dalam kondisi
teranstesi. Sehingga ketika sadar pasien akan mengalami rasa tidak nyaman pada
tenggorokan. Dengan terasa banyak lendir kental di tenggorokan. Latihan batuk
efektif sangat bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk mengeluarkan lendir
atau sekret tersebut. Pasien dapat dilatih melakukan teknik batuk efektif
dengan cara :
1) Pasien condong
ke depan dari posisi semifowler, jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang
diatas incisi sebagai bebat ketika batuk.
2) Kemudian pasien
nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali)
3) Segera lakukan batuk
spontan, pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak hanya batuk dengan
mengadalkan kekuatan tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada
tenggorokan. Hal ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya
terhadap incisi.
4) Ulangi lagi
sesuai kebutuhan.
5) Jika selama batuk
daerah operasi terasa nyeri, pasien bisa menambahkan dengan menggunakan bantal
kecil atau gulungan handuk yang lembut untuk menahan daerah operasi dengan
hati-hati sehingga dapat mengurangi guncangan tubuh saat batuk.
-
Latihan
Gerak Sendi
Latihan gerak sendi merupakan hal sangat
penting bagi pasien sehingga setelah operasi, pasien dapat segera melakukan
berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan.
Pasien/keluarga pasien seringkali
mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setalah operasi.
Banyak pasien yang tidak berani menggerakkan tubuh karena takut jahitan operasi
sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. Pandangan seperti ini jelas
keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka
pasien akan lebih cepat merangsang usus (peristaltik usus) sehingga pasien akan
lebih cepat kentut/flatus. Keuntungan lain adalah menghindarkan penumpukan
lendir pada saluran pernafasan dan terhindar dari kontraktur sendi dan
terjadinya dekubitus.
Tujuan lainnya adalah memperlancar
sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan menunjang fungsi pernafasan optimal.
Intervensi ditujukan pada perubahan posisi tubuh dan juga Range of Motion
(ROM). Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada awalnya dilakukan secara
pasif namun kemudian seiring dengan bertambahnya kekuatan tonus otot maka
pasien diminta melakukan secara mandiri.
Status kesehatan fisik merupakan faktor
yang sangat penting bagi pasien yang akan mengalami pembedahan, keadaan umum
yang baik akan mendukung dan mempengaruhi proses penyembuhan. Sebaliknya, berbagai
kondisi fisiologis dapat mempengaruhi proses pembedahan. Demikian juga faktor
usia/penuaan dapat mengakibatkan komplikasi dan merupakan faktor resiko
pembedahan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempersiapkan fisik pasien
sebelum dilakukan pembedahan/operasi.
Faktor
resiko terhadap pembedahan antara lain :
·
Usia
Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun . sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi organ.
Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun . sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi organ.
·
Nutrisi
Kondisi malnutrisi dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan. Pada orang malnutisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein).
Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak, terutama sekali sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan permasalahan teknik dan mekanik. Oleh karenanya dehisiensi dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien obes sering sulit dirawat karena tambahan beraat badan; pasien bernafas tidak optimal saat berbaaring miring dan karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pascaoperatif. Selain itu, distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit biliari terjadi lebih sering pada pasien obesitas.
Kondisi malnutrisi dan obesitas/kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan dibandingakan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan. Pada orang malnutisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein).
Pada pasien yang mengalami obesitas. Selama pembedahan jaringan lemak, terutama sekali sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan permasalahan teknik dan mekanik. Oleh karenanya dehisiensi dan infeksi luka, umum terjadi. Pasien obes sering sulit dirawat karena tambahan beraat badan; pasien bernafas tidak optimal saat berbaaring miring dan karenanya mudah mengalami hipoventilasi dan komplikasi pulmonari pascaoperatif. Selain itu, distensi abdomen, flebitis dan kardiovaskuler, endokrin, hepatik dan penyakit biliari terjadi lebih sering pada pasien obesitas.
·
Penyakit
Kronis
Pada pasien yang menderita penyakit
kardiovaskuler, diabetes, PPOM, dan insufisiensi ginjal menjadi lebih sukar
terkait dengan pemakian energi kalori untuk penyembuhan primer. Dan juga pada
penyakit ini banyak masalah sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi
pembedahan maupun pasca pembedahan sangat tinggi.
·
Ketidaksempurnaan
respon neuroendokrin
Pada pasien yang mengalami gangguan
fungsi endokrin, seperti dibetes mellitus yang tidak terkontrol, bahaya utama
yang mengancam hidup pasien saat dilakukan pembedahan adalah terjadinya
hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan akibat agen anstesi. Atau
juga akibat masukan karbohidrat yang tidak adekuart pasca operasi atau
pemberian insulin yang berlebihan. Bahaya lain yang mengancam adalah asidosis
atau glukosuria. Pasien yang mendapat terapi kortikosteroid beresiko mengalami
insufisinsi adrenal. Pengguanaan oabat-obatan kortikosteroid harus
sepengetahuan dokter anastesi dan dokter bedahnya.
·
Merokok
Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler, terutama terjadi arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan darah sistemiknya.
Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler, terutama terjadi arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan darah sistemiknya.
·
Alkohol
dan obat-obatan
Individu dengan riwayat alkoholic
kronik seringkali menderita malnutrisi dan masalah-masalah sistemik, sperti
gangguan ginjal dan hepar yang akan meningkatkan resiko pembedahan. Pada kasus
kecelakaan lalu lintas yang seringkali dialami oleh pemabuk. Maka sebelum
dilakukan operasi darurat perlu dilakukan pengosongan lambung untuk menghindari
asprirasi dengan pemasangan NGT.
b. Persiapan Penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil
pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak meungkin bisa menentukan
tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang
dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan
lain seperti ECG, dan lain-lain.
Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemrikasaan laboratorium terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan (clotting time) darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.
Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien). Pemeriksaan penunjang antara lain :
Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemrikasaan laboratorium terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan (clotting time) darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.
Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien). Pemeriksaan penunjang antara lain :
1. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik,
seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono
Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan) , MRI (Magnrtic Resonance
Imagine), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop),
EKG/ECG (Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
2. Pemeriksaan Laboratorium, berupa
pemeriksaan darah : hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED (laju enap
darah), jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin), elektrolit
(kalium, natrium, dan chlorida), CT/BT, ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga
dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan
darah.
3. Biopsi, yaitu tindakan sebelum
operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien
sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor
ganas/jinak atau hanya berupa infeksi kronis saja.
4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).
5. Pemeriksaan KGD dilakukan untuk
mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji
KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil
darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst
prandial).
c. Inform Consent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan
penunjang terhadap pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek
hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Inform Consent. Baik pasien
maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun
mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan
medis, wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis
(pembedahan dan anastesi).
Meskipun mengandung resiko tinggi tetapi
seringkali tindakan operasi tidak dapat dihindari dan merupakan satu-satunya
pilihan bagi pasien. Dan dalam kondisi nyata, tidak semua tindakan operasi
mengakibatkan komplikasi yang berlebihan bagi klien. Bahkan seringkali pasien
dapat pulang kembali ke rumah dalam keadaan sehat tanpa komplikasi atau resiko
apapun segera setelah mengalami operasi. Tentunya hal ini terkait dengan
berbagai faktor seperti: kondisi nutrisi pasien yang baik, cukup istirahat,
kepatuhan terhadap pengobatan, kerjasama yang baik dengan perawat dan tim
selama dalam perawatan.
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersut akan mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak meka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersut akan mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak meka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.
d. Persiapan Mental/Psikis
Persiapan mental merupakan hal yang
tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang
tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
Tindakan pembedahan merupakan ancaman
potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat membangkitkan
reaksi stres fisiologis maupun psikologis (Barbara C. Long).Contoh perubahan
fisiologis yang muncul akibat kecemasan dan ketakutan antara lain :Pasien
dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat
mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga
operasi bisa dibatalkan. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi
dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa
harus ditunda.
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan. Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain :
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu dialami setiap orang dalam menghadapi pembedahan. Berbagai alasan yang dapat menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain :
1) Takut
nyeri setelah pembedahan
2) Takut
terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body
image)
3) Takut
keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
4) Takut/cemas
mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit yang
sama.
5) Takut/ngeri
menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.
6) Takut mati
saat dibius/tidak sadar lagi.
7) Takut
operasi gagal.
Ketakutan dan kecemasan yang mungkin
dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti
: meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak
terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menayakan pertanyaan yang sama
berulang kali, sulit tidur, sering berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme
koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu
perawat perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam
menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat,
tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung/support system.
Untuk
mengurangi / mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat menanyakan hal-hal yang
terkait dengan persiapan operasi, antara lain :
1.
Pengalaman
operasi sebelumnya
Persepsi pasien dan keluarga tentang
tujuan/alasan tindakan operasi
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik fisik maupun penunjang.
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang persiapan operasi baik fisik maupun penunjang.
2.
Pengetahuan
pasien dan keluarga tentang situasi/kondisi kamar operasi dan petugas kamar
operasi.
Pengetahuan
pasien dan keluarga tentang prosedur (pre, intra, post operasi)
Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien.
Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi.
Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, dll.
Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setalah merasa sudah siap dan hal ini berarti telah menunda operasi yang mestinya sudah dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang terdekat pasien.
Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi.
Peranan
perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1.
Membantu pasien mengetahui tentang
tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum operasi, memberikan informasi
pada pasien tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama
proses operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dll.
2.
Dengan mengetahui berbagai informasi
selama operasi maka diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi,
meskipun demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien mengetahui tentang
berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami pasien.
3.
Memberikan penjelasan terlebih
dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi sesuai dengan tingkat
perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien
harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan,
manfaatnya untuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu diberikan
penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan
pemberian informasi yang lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat
diturunkan dan mempersiapkan mental pasien dengan baik
4.
Memberi kesempatan pada pasien dan
keluarganya untuk menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi
kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di
antar ke kamar operasi.
5.
Mengoreksi pengertian yang saah
tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena pengertian yang salah akan
menimbulkan kecemasan pada pasien.
6.
Kolaborasi dengan dokter terkait
dengan pemberian obat pre medikasi, seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien
tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan
istirahatnya terpenuhi.
7.
Pada saat pasien telah berada di
ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas kesehatan di situ akan
memperkenalkan diri sehingga membuat pasien merasa lebih tenang. Untuk
memberikan ketenangan pada pasien, keluarga juga diberikan kesempatn untuk
mengantar pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan untuk menunggu
di ruang tunggu yang terletak di depan kamar operasi.
e. Obat-Obatan Pre Medikasi
Sebelum operasi dilakukan pada esok
harinya. Pasien akan diberikan obat-obatan premedikasi untuk memberikan
kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Obat-obatan
premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik
profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik
profilaksis yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi
selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam
sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2- 3 kali. Antibiotik yang
dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan lain-lain sesuai indikasi pasien.
Perawatan pasca operasi
Beberapa hal yang perlu di kaji setelah
tindakan pembedahan (pasca bedah) diantaranya status kesadaran, kualitas jalan
nafas, sirkulasi, dan perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan elektolit,
kardiovaskuler, okasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta alat yang
digunakan dalam pembedahan.
Rencana Tindakan :
1. Meningkatkan proses penyembuhan luka
serta mengurangi rasa nyeri dapat dilakukan dengan cara merawat luka, dan
memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C
dapat membantu pembentukan kolagen dan mempertahankan integritas dinding
kapiler.
2. Mempertahankan respirasi yang
sempurna dengan cara latihan nafas, tarik nafas yang dalam dengan mulut
terbuka, tahan nafas selama 3 detik, kemudian hembuskan. Atau, dapat pula
dilakukan dengan cara menarik nafas dengan hidung dengan menggunakan diafragma,
kemudian dikeluarkan nafas perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
3. Mempertahankan sirkulasi, dengan
cara menggunakan stoking pada pasien yang beresiko tromboplebitis atau pasien
dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan kaki pada tempat
duduk guna memperlancar vena balik.
4. Mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit, dengan cara memberikan cairan sesuai dengan kebutuhan pasien
dan monitor input dan output serta mempertahankan nutrisi yang cukup.
5. Mempertahankan eliminasi, dengan
cara mempertahankan asupan dan output serta mencegah terjadinya retensi urine.
6. Mempertahankan aktifitas dengan cara
latihan memperkuat otot sebelum ambulatory.
7. Mengurangi kecemasan dengan cara
melakukan komunikasi secara terapeutik.
referinsi dari mana mbak? ntar kalau gak dicantumkan berasa plagiat blog orang. referensi juga kepake buat menghargai karya yang membuat materi.
BalasHapus