A. Pengertian.
1.
Kehamilan risiko tinggi adalah suatu
yang memiliki risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan
terjadinya panyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan.16
2.
Kehamilan risiko tinggi (High Risk Pregnancies) adalah suatu
kehamilan di mana jiwa dan kesehatan ibu dan bayi dapat terancam 3
3.
Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan
yang dapat mengganggu optimalisai ibu maupun janin selama masa kehamilan. 17
B. Faktor Risiko Tinggi.
Beberapa
situasi dan kondisi serta keadaan umum seorang ibu selama
kehamilan persalinan dan nifas akan memberikan ancaman pada kesehatan
dan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya. Keadaan dan kondisi tersebut biasa digolongkan sebagai faktor medis
dan non medis.
1.
Faktor non medis antara lain kemiskinan ketidaktahuan, adaptasi, tradisi, kepercayaan dan sebagainya.
2.
Faktor medis antara lain adalah
penyakit-penyakit ibu dan janin, kelainan obstetri, gangguan plasenta, gangguan
tali pusat, komplikasi persalinan, penyakit neonatus dan kelainan genetik.
Hobel
dkk (1973) mengemukakan terdapat sekitar 126 jenis faktor risiko yang ditemukan
pada masa hamil, persalinan, dan masa nifas, termasuk pada bayi baru lahir.
Faktor-faktor
tersebut diberi nilai (score) kemudian
digolongkannya menjadi 4 golongan kasus risiko:
1). Low-low
risk
Adalah
kasus-kasus baik pada kehamilan maupun dalam persalinan yang bukan/tidak ada risiko.
2). High
low risk
Adalah
kasus-kasus dengan risiko tinggi pada kehamilan, tidak ada risiko lagi pada
persalinan.
3). Low
high risk
Adalah
kasus-kasus tanpa risiko selama kehamilan, tetapi dengan risiko tinggi pada
persalinan.
4). High-high
risk
Adalah kasus-kasus dengan risiko tinggi
baik dalam masa kehamilan maupun persalinan.3
1.
Faktor
risiko sebelum kehamilan.
1)
Karakteristik ibu.
Usia
wanita mempengaruhi risiko kehamilan, anak perempuan berusia 15 tahun atau kurang lebih
rentan terhadap terjadinya pre-eklampsi (suatu keadaan yang ditandai dengan
tekanan darah tinggi, proteinuria dan penimbunan cairan selama kehamilan) dan
eklampsia, diatas usia 35 tahun, risiko memilki bayi dengan kelainan kromosom (sindrom
down) semakin meningkat, seorang wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari
1,45 meter, lebih mungkin memiliki panggul yang sempit, selain itu wanita
tersebut juga memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi yang sangat kecil.
2)
Peristiwa pada kehamilan yang lalu.
Seorang
wanita yang 3
kali berturut-turut mengalami keguguran pada trimester pertama, memiliki risiko
sebesar 35% untuk mengalami keguguran lagi. Begitupula, dengan seseorang wanita yang pernah
melahirkan bayi
prematur, memiliki risiko yang lebih untuk melahirkan bayi prematur pada
kehamilan berikutnya. Seorang wanita yang pernah mengalami pre-eklampsia atau
eklampsia, kemungkinan akan mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya, terutama
jika diluar kehamilan menderita tekanan darah tinggi menahun.1
3)
Kelainan struktur.
Kelainan
struktur pada organ reproduksi wanita (rahim ganda atau leher rahim yang lemah) biasa meningkatkan risiko
terjadinya keguguran. Untuk mengetahui adanya kelainan struktur, biasa dilakukan dengan pembedahan diagnostik,
USG atau rontgen.1
4)
Keadaan kesehatan
Keadaan
kesehatan tertentu pada wanita hamil biasa membahayakan ibu dan bayi yang di kandungnya. Keadaan
kesehatan yang sangat penting adalah:
(1) Tekanan darah tinggi menahun
(2) Penyakit
ginjal
(3) Diabetes
(4) Penyakit
jantung yang berat
(5) Penyakit
sel sabit
(6) Penyakit
Tiroid
(7) Lupus
(8) Kelainan
pembekuan darah.
(9)
Riwayat
keluarga.15
Riwayat
adanya keterbelakangan mental atau penyakit keturunan lainnya dikeluarga ibu
atau ayah menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya kelainan tersebut
pada bayi yang dikandung, kecenderungan memiliki anak kembar juga sifatnya
diturunkan.
2. Faktor risiko selama kehamilan
1) Obat-obatan atau infeksi.
Obat-obatan
yang diketahui biasa
menyebabkan cacat bawaan jika diminum
selama hamil adalah:
(1) Alkohol
(2) Phenitoin
(3) Obat-obatan
yang kerjanya melawan asam folat (triamteren atau trimethoprim)
(4) Lithium
(5) Streptomycin
(6) Tetracyclin
(7) Talidomide
(8) Warfarin
2. Keadaan kesehatan
Tekanan
darah tinggi pada wanita hamil bisa disebabkan oleh kehamilan atau keadaan
lain. Tekanan darah tinggi di akhir kehamilan bisa merupakan ancaman serius
terhadap ibu dan bayinya dan harus
segera diobati jika seorang wanita pernah menderita infeksi kandung kemih, maka
dilakukan pemeriksaan air kemih untuk mencegah pada awal kehamilan. Jika
ditemukan bakteri segera diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi ginjal yang
bisa menyebabkan
persalinan prematur dan ketuban pecah
sebelum
waktunya.1
3.Komplikasi
Kehamilan
1)
Inkompatibilitas Rh.
Ibu
dan janin yang dikandungnya bisa memiliki jenis darah yang tidak sesuai.Yang
paling sering terjadi adalah Inkompatibilitas Rh. Yang bisa menyebabkan penyakit hemolitik pada bayi
yang baru lahir.
Penyakit
hemolitik bisa terjadi jika ibu memiliki Rh-negatif, ayah memiliki
Rh-positif,janin memiliki Rh-positif dan tubuh ibu membuat antibody untuk
melawan darah janin. Jika seorang ibu hamil memiliki Rh-negatif, maka dilakukan
pemeriksaan antibody terhadap janin setiap 2 bulan.1
2. Pendarahan.
Penyebab pendarahan paling sering pada
trimester ketiga adalah:
1) Kelainan
letak plasenta
2) Pelepasan
plasenta sebelum waktunya.
3) Penyakit
pada vagina atau leher rahim (infeksi)
3. Kelainan
pada cairan ketuban
Air
ketuban yang terlalu banyak akan menyebabkan peregangan rahim dan menekan
diafragma ibu.
4. Persalinan
prematur
Persalinan
prematur lebih mungkin terjadi pada keadaan berikut:
1) Ibu
memiliki kelainan struktur pada rahim atau leher rahim
2) Pendarahan
3) Stres
fisik atau mental
4) Kehamilan
ganda
5) Ibu
pernah menjalani pembedahan rahim
5. Kehamilan ganda
Kehamilan lebih dari 1 janin bisa menyebabkan
meningkatnya kemungkinan terjadinya cacat bawaan dan kelainan pada saat
persalinan.
6. Kehamilan lewat waktu.
Pada
kehamilan yang terus berlanjut sampai lebih dari 42 minggu, kemungkinan
terjadinya kematian bayi adalah 3 kali lebih besar. 1
C. Cara menentukan kehamilan
risiko tinggi.
Menentukan
pengelompokan Kehamilan Risiko Tinggi (KRT), yaitu: 3
1. Cara
kriteria
1)
Primi muda
2)
Primi tua
3)
Primi tua sekunder
4)
Umur 35 tahun atau lebih
5)
Tinggi badan 145 cm atau kurang
6)
Grandemulti
7)
Riwayat persalinan SC
8)
Bekas seksio sesarea
9)
Pre-eklampsi
10) Hamil
serontinus
11) Pendarahan
antepartum
12) Kelainan
letak
13) Kelainan
medis
2. Cara
nilai (skor)
Bagi
tenaga paramedik atau tenaga kesehatan lainnya, memang agak sulit menggolongkan
kasus risiko tinggi dengan cara kriteria,
maka dibuatlah cara yang lebih praktis yaitu membuat daftar nilai yang dapat
diisi oleh paramedis.3
D.
Bahaya yang timbul akibat ibu hamil dengan
risiko tinggi
1.
Keguguran
2.
Bayi yang lahir prematur
3.
Berat badan bayi lahir rendah
4.
Bayi mati dalam kandungan
5.
Bayi dengan cacat bawaan
6.
Ibu mengalami pendarahan yang dapat berakibat ibu meninggal dunia
7.
Ibu mengalami keracunan kehamilan
8.
Penyakit ibu menjadi lebih berat
9.
Persalina lama
10. Kegawatan
sehinggabayi harus dilahirkan dengan operasi caesar. 17
11. Nilai
apgar < 6
pada menit pertama dan tetap berlangsung dalam waktu lebih dari setengah jam
12. Bayi
dengan gangguan pernapasan karena apnea, aspirasi air ketuban, aspirasi
mekoneum
13. Cacat
bawaan yang memerlukan tindakan segera
14. Bayi
dengan kejang
15. Bayi
dengan berat badan kurang dari 1500 gram
16. Bayi
dengan kelainan jantung bawaan 16
E. Pencegahan
kehamilan risiko tinggi
Kehamilan risiko tinggi dapat
dicegah bila gejalanya ditemukan sedini mungkin kemudian dilakukan tindakan
perbaikan, pencegahan kehamilan risiko tinggi yang dapat dilakukan adalah:
1. Dengan
memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur dirumah sakit paling sedikit
4 kali selama masa kehamilan
2. Dengan
mendapatkan imunisasi TT 2 Kali.
3. Bila
ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering
4. Makan
makanan yang bergizi yaitu memenuhi gizi seimbang.1
sumber:
1. Rustam Mochtar. Sinopsis Obstetri dan Operatif. EGC. 1998. Hal 202-203,204-206
2. Abdul Bari Saifuddin. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Materinatal Dan Neonatal.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. 2006 Jakarta. Hal 89 - 98
3. G. A. Mandriwati. Penuntut Belajar Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. EGC. 2007. Hal 3
4. Liz Kelly. Sembilan Bulan Kehamilan & Kelahiran. Arcan.1999. Hal 10-11
5. Ida Bagus Gde Manuaba. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan.Jakarta 1999 Hal 73-92
6. Hanifa Wiknojosastro. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo. Jakarta. 2006. Hal 125,127,129,158
7. Ida Bagus Gde Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Kb Untuk Pendidikan Bidan. EGC.Jakarta. 1998. Hal.109, 120
8. Hellen Farrel. Perawatan Maternitas Edisi 2. EGC. Jakarta. 1999. Hal 41
9. Abdul Bari Saifuddin. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Materinatal Dan Neonatal.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.. Jakarta. 2002. Hal N-2
10. Ida Bagus Gde Manuaba. Gawat – Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri-Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. EGC.Jakarta. 2008. Hal 270-273
Terima kasih atas posting Anda yang luar biasa! Saya sangat menikmati membacanya. Anda mungkin seorang penulis hebat. Saya pasti akan sering berkunjung ke website anda. Saya berterima kasih jika anda meluangkan waktu untuk berkunjung ke website saya. klik dibawah ini
BalasHapuspenyakit gonore | penyebab herpes
cara mencegah herpes | bahaya herpes kelamin