1.
Pengertian
Berikut ini dikemukakan beberapa defenisi tentang BBLR,
yaitu:
a.
Berat badan lahir rendah (BBLR)
ialah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari
2500 gram (Prawirohardjo, 2006)
b. Berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi
baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (Sarifuddin,
2002)
c. Bayi bobot lahir rendah (BBLR) adalah
berat badannya kurang dari 2500 gram
(Kompas, 2008)
d. BBLR adalah berat badan lahir antara 1500
– 2500 gram (Sarifuddin, 1998)
Beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa BBLR adalah berat badan bayi pada
saat lahir kurang dari normal atau kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa
gestasi.
2.
Klasifikasi BBLR
BBLR dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu:
a.
Prematur Murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya
sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus
bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK) (Ridwanamiruddin, 2007)
b.
Dismatur
Bayi lahir dengan berat badan
kurang dari berat seharusnya untuknya masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami
reterdasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya (KMK) (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2002)
3.
Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR
adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan
lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda,
serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.
a.
Faktor ibu
1)
Penyakit
Malaria, anemia, sipilis,
infeksi TORCH, dan lain-lain.
2)
Komplikasi pada kehamilan
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan ibu seperti
perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
3)
Usia ibu dan paritas
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu dengan usia > 35 tahun.
4)
Faktor kebiasaan ibu
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu
perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
b.
Faktor janin
Prematur, hidramnion,
kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
c.
Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat
berpengaruh diantaranya tempat tinggal di dataran tinggi, radiasi, sosial
ekonomi.
4.
Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat
terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain:
a.
Hipotermia
b.
Hipoglikemia
c.
Gangguan cairan dan elektrolit
d.
Hiperbilirubin
e.
Sindrom gawat nafas
f.
Infeksi
g.
Perdarahan intraventrikuler
h.
Apnea of prematurity (Isran,
2007).
5.
Karakterisitik Klinis
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang
badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar kepala kurang dari 35 cm.
b.
Masa gestasi kurang dari 37
minggu
c. Kulit tipis dan transparan, tampak
mengkilat, dan licin
d.
Kepala lebih besar daripada
badan
e. Rambut lanugo banyak terutama pada dahi,
pelipis, telinga, dan lengan
f.
Lemak subkutan kurang
g. Tulang rawan dan daun telinga belum cukup
matur
h.
Ubun-ubun dan sutura lebar
i.
Rambut tipis, halus, dan
teranyam sehingga sulit terlihat satu persatu
j.
Puting
susu belum terbentuk dengan baik
k. Pembuluh darah kulit banyak terlihat,
peristaltic usus dapat terlihat
l.
Genetalian
belum sempurna, labia maniro belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita),
testis belum turun (pada laki-laki)
m. Otot masih hipotonik, sehingga kedua
tungkai abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi dan kepala menghadap
kesatu jurusan.
n. Tangis lemah, pernafasan belum teratur dan
sering terdapat serangan apnu, banyak tidur.
o. Kalau bayi lapar biasanya menangis,
gelisah, aktifitas bertambah.
p.
Refleksi mengisap dan menekan
belum sempurna
(Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2002 dan Ilyas,
2003)
6.
Penatalaksanaan
Bayi dengan BBLR yang perlu
diperhatikan adalah pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan, dan siap
sediaan tabung oksigen. Pada bayi prematur makin pendek masa kehamilan makin
sulit dan banyak persoalan yang akan dihadapi dan makin tinggi angka kematian
perinatal. Biasanya kematian disebabkan oleh gangguan pernafasan, infeksi,
cacat bawaan dan trauma pada otak. Penatalaksanaan umum pada BBLR yaitu:
a.
Membersihkan jalan nafas
b.
Memotong tali pusat dan
perawatan tali pusat
c. Membersihkan badan bayi dengan kapas dan
baby oil/minyak
d.
Membungkus bayi dengan kain
hangat
e.
Pengkajian keadaan kesehatan
pada bayi berat badan lahir rendah
f. Pengaturan suhu lingkungan dengan bayi
dimasukkan dalam inkubator dengan suhu yang diatur yaitu :
1. Berat badan di bawah 2 kg 35oC
2. Berat badan 2 kg sampai 2,5 34 oC
3. Suhu inkubator diturunkan 1 oC
setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan sekitar 25-27
oC.
g. Pemberian nutrisi yang adekuat. Apabila
daya isap belum baik maka bayi dicoba untuk menetek sedikit demi sedikit.
Apabila bayi belum bisa menetek pemberian ASI dengan memakai sendok atau pipet.
Apabila bayi belum ada refleks isap dan menelan harus dipasang selang penduga
lambung / sonde fooding.
h. Mencegah infeksi dengan memperhatikan prinsip-prinsip
pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.
i.
Penimbangan
ketat Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh karena itu penimbangan ketat berat
badan dilakukan dengan ketat (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2002 dan
Ilyas, 2003)
Pelaksanaan khusus pada BBLR
dibagi 2 yaitu:
a. Untuk berat lahir kurang dari 1500 gr
1)
Keringkan secepatnya dengan
kain hangat
2)
Kain
yang basah sebaiknya diganti dengan kain yang kering dan hangat. Pertahankan tetap hangat.
3)
Berikan
lingkungan hangat dengan cara kontak kulit ke kulit dan bungkus dengan kain
hangat.
4)
Berikan
lampu 60 watt dengan jarak minimal 60 cm dari bayi.
5)
Kepala bayi ditutup dengan topi
6)
Berikan oksigen
7)
Tali pusat dalam keadaan bersih
8)
Tetesi
ASI bila dapat menelan. Bila
tidak dapat menelan langsung di rujuk ke RS.
b.
Untuk berat lahir 1500 – 2500
gr
1)
Keringkan secepatnya dengan
kain hangat
2)
Kain
yang basah sebaiknya diganti dengan kain yang kering dan hangat. Pertahankan tetap hangat.
3) Berikan lingkungan hangat dengan cara
kontak kulit ke kulit dan bungkus dengan kain hangat.
4) Berikan lampu 60 watt dengan jarak minimal
60 cm dari bayi.
5)
Kepala bayi ditutup dengan topi
6)
Berikan oksigen
7)
Tali pusat dalam keadaan bersih
8)
Beri ASI. Bila tidak dapat
mengisap tapi bisa menelan tetesi langsung dari puting.
9) Bila tidak dapat menelan langsung dirujuk
di RS.
Sumber :
1. Hanifa
W, Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo, 2005.
2. Cunningham.
Obstetric Williams, edisi 21.Jakarta : EGC. 2008
3. Abdul
Bari S, Gulardi Hanif W, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Editor Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP. 2002.
4. Gulardi
Wiknjosastro. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) Asuhan Obstetri Esensial. Jakarta : JNPK – KR. 2008.
5. Klein, Susan. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta : Pallmall .
2008.
6. Saifuddin, A.B. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : EGC. 2000.
7. Varney,
Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4, Vol. 1. Jakarta : EGC. 2007.
8. Dorland,
W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland, E/29. Jakarta : EGC. 2002.
9. Manuaba
I.B.G. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. 1998.
10.
Bibilung, 2008. Gizi
Ibu Hamil dan Bayinya, Wordpress.com, Akses 17 Maret 2008.
11.
Djelantik, G dkk, Perawatan
Metode Kanguru, Perkumpulan Perinatologi Indonesia (PERINASIA), Jakarta.
12.
Ilyas Jumiarti, dkk, 1993, Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga, Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan Depkes RI, Jakarta.
13.
Ridwanominuddin, 2007, Tumbuh Kembang Anak, akses 17 Maret 2007.
14.
Prawirohardjo S, 2002 , Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono, Jakarta.
15.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2002, Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak UI, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar