1.
Pengertian
a.
Kelahiran Prematur adalah bayi
yang dilahirkan terlalu dini atau biasa disebut kelahiran prematur atau praterm
atau biasa juga disebut bayi lemah atau bayi yang lemah bawaan (Prawirohardjo,
2002).
b.
Prematur adalah bayi yang
dilahirkan sebelum lengkap 37 minggu (Ridwanamiruddin, 2007).
c. Sesuai masa kehamilannya (SMK) adalah bayi
yang berat badannya antara persentil 10 dan 90 menurut usia gestasi.
Dari
beberapa pengertian di atas dapatlah di simpulkan bahwa prematur adalah bayi
dengan kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai untuk masa
kehamilan yang disebut juga neonatur kurang bulang sesuai masa kehamilan (NKB –
SMK)
2.
Etiologi
Penyebab terjadinya kelahiran prematur, yaitu:
1)
Faktor ibu
a)
Riwayat
kelahiran prematur sebelumnya (Cunningham, 2005).
b)
Gizi
saat hamil kurang (gizi buruk) (Bibilum, 2009).
c)
Perdarahan ante partum
(Prawirohardjo, 2006).
d)
Umur ibu muda (kurang dari 20
tahun dan diatas 35 tahun) (Prawirohardjo, 2006).
e)
Jarak
kelahiran dan bersalin terlalu dekat.
f)
Ibu
perokok dan pecandu alkohol.
g)
Trauma
pada masa kehamilan (fisik dan psikologis)
h)
Penyakit menahun ibu seperti
hipertensi dan jantung (Fakultas Kedokteran Padjajaran, 2003).
2)
Faktor kehamilan
a)
Hamil
ganda (Gemali) (Fakultas Kedokteran Padjajaran, 2003).
b)
Kehamilan
dengan hidromnion (Fakultas Kedokteran Padjajaran, 2003
c)
Komplikasi kehamilan (pre
eklamsia / eklamsi)
d)
KPD (Ketuban Pecah Dini)
(Praworhardjo, 2006)
e)
Perdarahan ante partum
3)
Faktor janin
a)
Cacat
bawaan
b)
Infeksi dalam rahim
(Praworohardjo, 2006).
4)
Faktor lingkungan
Faktor pekerjaan
5)
Keadaan sosial
a)
Perkawinan tidak sah
b)
Kemiskinan (Glikinis, 2004).
6)
Tidak diketahui (Prawirohardjo,
2006)
3.
Karakteristik
a. Berat badan < 2500 gram, panjang <
45 cm, lingkar kepala < 33 cm, lingkar dada <30 cm, lingkar lengan atas
9,5 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
b. Kepala relatif lebih besar dari badan
c.
Kulit tipis
d.
Lanugo banyak
e. Lemak kurang, sering tampak peristaltic
usus
f. Refleks isap dan menelan lemah / belum
sempurna
g.
Tangisan lemah dan jarang
h.
Sering timbul apnoe
i.
Genetalia belum sempurna, labia
minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita), pada laki-laki testis
belum turun dalam kantong scrotum.
j.
Puting
susu belum terbentuk dengan baik
k. Tulang rawan dan daun telinga matur
l.
Gerakan kurang dan lemah
4.
Masalah bayi prematur
a.
Suhu tubuh
1) Pusat pengaturan panas badan belum
sempurna.
2)
Lemak kulit dan lemak otot
kurang sehingga cepat kehilangan panas badan.
3)
Kemampuan metabolisme panas
masih rendah sehingga bayi dengan berat badan rendah perlu diperhatikan agar
tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat diperkirakan sekitar 36oC sampai 37oC
b.
Pernapasan
1) Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga
perkembangan tidak sempurna.
2)
Otot pernapasan dan tulang iga
lemah.
3)
Dapat disertai penyakit, mudah
infeksi.
c.
Alat pencernaan makanan
1) Belum berfungsi sempurna sehingga
penyerapan makanan dengan banyak lemah kurang baik.
2) Aktivitas otot pencernaan makanan masih
belum sempurna sehingga pengosongan lambung belum berkurang.
3) Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan
dapat menimbulkan aspirasi pneumonia.
d. Hepar yang belum matang (immature)
Mudah menimbulkan gangguan
pemecahan bilirubin, sehingga mudah terjadi hiperbilirubineamias (kuning)
sampai ikterus.
e.
Ginjal masih belum matang
Tidak mampu mengatur
pembuangan sisa metabolisme dan air karena belum sempurna, sehingga mudah
terjadi oedema.
f.
Perdarahan dalam otak
1)
Pembuluh darah bayi prematur
masih rapuh dan mudah pecah.
2)
Sering mengalami gangguan
pernapasan, sehingga memudahkan terjadinya perdarahan dalam otak.
3)
Perdarahan dalam otak
memperburuk keadaan dan menyebabkan kematian bayi.
5.
Komplikasi
a.
Hipotermi
b. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik
(membrane hialin)
c.
Pneumoni aspirasi
d.
Perdarahan intraventrikuler
e.
Gangguan immunologic
f.
Hiperbilirubinemia
6.
Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik
dan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan
pengawasan bayi ditujukan pada:
a. Pengaturan suhu badan bayi dengan BBLR
1)
Dengan
cara kontak kulit ke kulit (metode kanguru) dan sering disusui. Bayi dibungkus
dengan kain hangat dan kepala bayi ditutupi topi.
2)
Untuk
mencegah hipotermi, perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi
dan dalam keadaan istirahat konsumsi oksigen paling sedikit sehingga suhu bayi
tetap normal.
3)
Kain
yang basah secepatnya diganti dengan yang kering.
4)
Bila
bayi dirawat dalam inkubator maka suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang
dari 2000 gram adalah 350C. agar bayi dapat mempertahankan suhu
tubuh sekitar 370C kelembaban incubator berkisar antara 50 – 60%.
Incubator harus selalu tertutup hanya dibuka jika diperlukan dalam keadaan
darurat misalnya apnoe dan dalam tindakan perawatan dan pengobatan.
5)
Bayi
dalam incubator hanya dipakaikan popok, hal ini penting untuk memudahkan
pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit
pernafasan, kejang dan lain-lain, sehingga penyakit yang diderita dapat
diketahui sedini mungkin dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan
sesegera mungkin.
6)
Perhatikan
mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir yaitu evaporasi, konduksi, konveksi dan radiasi.
7)
Inkubator
harus dibersihkan dan desinfeksi seminggu sekali.
8)
Inkubator
harus ditempatkan pada ruangan yang hangat, kira-kira 270C, tidak
ditempatkan dekat jendela dinding dan AC (Wiknjosastro, 778; 2002)
b.
Pemberian Makanan Bayi
1)
Pada bayi prematur refleks
isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit daya
enzim pencernaan terutama lifase masih kurang disamping itu kebutuhan protein 3
- 5 gram/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah
sebaik-baiknya.
2)
Pada umumnya bayi dengan berat
lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusui pada ibunya, bayi dengan berat kurang
1500 gram diberikan minum melalui sonde lambung. Sesudah 5 hari bayi dicoba
menyusu pada ibunya, bila daya isap baik maka pemberian susu ibu diteruskan.
Adakalanya daya isap bayi kecil ini lebih baik dengan dot dibandingkan puting
susu ibu pada keadaan ini ASI dipompa dan diberikan melalui botol.
3)
Cara pemberian ASI melalui susu
botol adalah dengan frekuensi yang lebih sering dalam jumlah susu yang sedikit.
Frekuensi pemberian minum makin berkurang dengan bertambahnya berat bayi.
4)
Jumlah cairan yang diberikan
pertama kali adalah 1-5 ml/jam dan jumlahnya dapat bertambagh sedikit demi
sedikit setiap 12 jam, penambahan susu tersebut tergantung dari jumlah susu
yang tertinggal pada pemberian minum sebelumnya untuk mencegah regurgitasi/muntah
atau disetensi abdomen.
5)
Banyaknya cairan yang diberikan
adalah 60 ml/kg/hari setiap hari dinaikkan 20 ml, sampai 200 ml/kg/hari.
6)
Air susu yang paling baik
adalah ASI, bila bayi belum dapat menyusu, ASI dipoma dan dimasukkan dalam
botol steril. Bila ASI tidak ada, susunya dapat diganti dengan susu buatan yang
rendah lemak yang mudah dicerna bayi (lemaknya dari middle chain triglyceride)
dan mengandung 20 kalori /kg/BB/hari.
Kadang-kadang diperlukan pemberian
makanan melalui kateter lambung sebaiknya digunakan kateter dari bahan polyethilen yang dapat ditinggal di
lambung selama 4-5 hari tanpa iritasi. Kateter lambung dari karet mudah menyebabkan iritasi dan infeksi. Teknik
pemasangan kateter lambung (Naso Grastrik
Tube = NGT) adalah:
1) Perhatikan teknik aseptik dan antiseptic
pada saat pemasangan NGT. Pada bayi dengan berat badan < 1500 gram NGT tang
dipakai adalah No. 8 dan untuk bayi dengan berat badan > 1500 gram
menggunakan NGT No. 10.
2) Panjang NGT yang dimasukkan bila melalui
mulut adalah sampai dengan ukuran panjang dari pangkal ke hidung ke prosus xiphoideus, bila melalui hidung
ditambah dengan jarak dari pangkal hidung ke liang telinga.
3) Bila telah masuk periksa ujung distal dari
NGT apakah tepat di lambung dengan cara:
1)
Masukkan
udara sekitar 10 cc ke lambung dan dengarkan dengan stetoskop, bila terdengar
suara udara berarti posisi selang telah tepat.
2)
Aspirasi
cairan lambung bila ada posisi selang sudah tepat kadang-kadang pemeriksaan ini
tidak selalu akurat terutama bila lambung telah kosong.
3)
Masukkan
ujung proksimal kedalam air bila terdapat gelembung udara berarti ujung selang
masuk ke seluruh napas.
4)
Bila
corong berukuran (misalnya spot 10-20 cc) diletakkan pada ujung selang sebelah luar
dan cairan susu dimasukkan ke dalam corong secara perlahan-lahan.
5)
Setelah
minum, bayi didudukkan atau diletakkan di pundak selama 10-15 dan kemudian
ditidurkan pada posisi kanan atau tengkurap.
Bila daya
isap dan menelan bayi mulai baik maka secara bertahap selang dapat diganti
dengan pipet atau dot (Wiknjosastro,
778 – 780 ; 2002)
c. Bagan Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
Tabel 2.1 Penanganan Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR)
Kriteria
kategori
|
Berat lahir
bayi < 2500 gram
|
|
Bayi Berat Lahir sangat rendah (BBLSR)
|
Bayi Berat
Lahir Rendah
(BBLR)
|
|
Penilaian
|
Berat lahir
< 1500 gram
|
Berat lahir
1500-2500 gram
|
Penanganan
Puskesmas
|
§
Keringkan secepatnya dengan
handuk hangat
§
Kain yang basah secepatnya
diganti dengan yang kering dan hangat, kepala bayi ditutupi topi pertahankan
tetap hangat.
§
Pencegahan infeksi
§
Pengawasan nutrisi / ASI
§ Beri lampu 60 Watt dengan jarak minimal
60 cm dari bayi
§
Beri oksigen
§
Perawatan tali pusat secara
aseptic dan antiseptic
§ Penimbangan berat badan tiap hari.
|
|
|
§ Beri ASI bila dapat menelan (diteteskan)
bila tidak dapat menelan segera rujuk ke RS
|
§ Beri ASI, bila tidak dapat mengisap,
bisa menelan langsung ditetesi dari puting.
§ Bila tidak dapat menelan segera rujuk ke
RS
|
Rumah Sakit
|
§
Sama dengan diatas
§ Beri minum dengan sonde/tetesi ASI
§ Bila tidak mungkin, infuse dekstrose 10%
+ Na Bic 1,5 % : 4 : 1
§ Hari I 60 cc/kg BB/hari
§ Hari III 100cc/ Kg BB/ hari
§ Antibiotic dapat menetek Ampisilin dan
Gentusinsin
§ Bila tidak dapat menetek ASI/ tidak
dapat menelan langsung, sesak, sianosis, tanda-tanda hipotermi berat
terangkau kemungkinan akan meninggal.
|
(Saifuddin, 2002)
7.
Perawatan Metode Kanguru
a.
Sejarah
Perawatan Metode Kanguru (PMK)
pertama kali diperkenalkan oleh Rey dan Martinez di Bogota Colombia Amerika
Latin (1979) dan dari penemuan tersebut akhirnya diketahui bahwa cara “skin to
skin contact” (kontak kulit bayi langsung kepada ibu / pengganti ibu) dapat
meningkatkan kelangsungan hidup bayi terutama yang mengalami BBLR atau
prematur. Cara ini sebenarnya meniru binatang berkantung dimana biasanya bayi
kanguru lahir disimpan dalam kantung diperut ibunya untuk mencegah kedinginan.
Dengan demikian terjadi aliran panas dari tubuh induk kepada bayi kanguru
sehingga bayi kanguru dapat tetap hidup terhindar dari bahaya hipotermi. Karena
satu penyebab kematian BBLR atau prematur adalah masalah pengaturan suhu maka
prinsip tersebut digunakan untuk mengatasi masalah ini.
Perawatan
Metode Kanguru ini selanjutnya berkembang dengan dukungan UNICEF dan kemudian
WHO. Banyak penelitian dilakukan baik di negara maju maupun di negara
berkembang berkaitan dengan PMK. Bahwa telah dibentuk jejaring penelitian
ditingkat global yang selalu melakukan pertemuan tukar pikiran setiap 2 tahun
sekali yang dikenal sebagai International Workshop on Kangaroo Mother Care
(KMC), Workshop pertama dilakukan di Triste Italia (1996), kedua di Bogota
Colombia (1998), ketiga di Yokyakarta Indonesia (sesudah konas perinasia ke VII
di Semarang, ke empat di Capctown Afrika Selatan (2002) dan ke lima di Rio de
Jeneiro Brasil (2004). Pusat penelitian KMC berada di Bogora, Colombia, dan
dikenal dengan Fundacio Conguru.
Istilah
Perawatan Bayi Lekat (PBL) karena cara merawat ini dilakukan dengan melekatkan
tubuh bayi kepada tubuh ibunya, istilah apapun yang digunakan itu tidak jadi
maslaah yang perlu justru waktu memperkenalkan kepada masyarakat karena
binatang kanguru sendiri tidak didapat di wilayah Indonesia. Penggalian istilah
lokal yang mudah dimengerti serta cepat tersosialisasikan perlu diidentifikasi.
Dan penelitian di lapangan sampai saat ini telah dikenal padanan istilah
“Bedako” (Kab. Oku),
“Makkalepe” dan “Kodokoni” (Kab. Maros), serta metode “Kusu” (Kab. Maluku Tengah) (Djelantik, 2002)
b.
Pengertian
Perawatan metode kanguru adalah cara
merawat bayi dalam keadaan telanjang (hanya memakai popok dan topi diletakkan
secara tegak/vertical didada antara kedua payudara ibunya (ibu telanjang dada).
Kemudian diselimuti dengan demikian terjadi kontak kulit bayi dengan kulit ibunya secara kontinyu
dan bayi memperoleh panas melalui proses konduksi. (Djelantik, 2002)
c.
Cara dan Prinsip
Caranya bayi hanya memakai popok dan
tutup kepala diletakkan diantara kedua payudara ibu dan pengganti ibunya yang
tidak memakai BH lalu bagian dada ibu bayi ditutupi dengan baju ibu yang
berfungsi sebagai kantong kanguru dan ibu mendekap bayinya. Posisi bayi dalam
kantung kanguru tegak atau vertical ketika ibu berdiri atau duduk. Kalau dalam
posisi berbaring atau tidur bayi dalam posisi telungkup atau miring.
Prinsip
metode ini adalah mengganti perawat bayi baru lahir dalam incubator dengan
meniru kanguru. Ibu bertindak sebagai kanguru yang mendekap bayinya dengan
tujuan mempertahankan suhu bayi stabil dan optimal (36,5 oC – 37,5
oC). Suhu optimal ini diperoleh dengan kontak langsung dengan kulit bayi
dengan secara terus menerus (Djelantik, 2002)
d.
Manfaat
1)
Manfaat bagi bayi
1)
Stabilitas suhu (suhu tubuh
bayi lebih stabil bahkan lebih stabil daripada yang dirawat di dalam incubator)
2) Pola pernafasan bayi menjadi lebih stabil
dan teratur
3)
Denyut jantung lebih stabil
4) Lebih sering bayi minum ASI dan lama
menetek lebih panjang
5) Waktu tidur lebih banyak lebih lama
6)
Hubungan
lekat bayi ibu lebih baik serta berkurangnya kejadian infeksi. (Perinasia, 2005)
2)
Manfaat bagi ibu
1)
Mempermudah pemberian ASI
2)
Ibu lebih percaya diri dalam
merawat bayi
3)
Hubungan lekat ibu bayi lebih
baik, ibu lebih sayang kepada bayinya
4) Pengaruh psiko ketenangan bagi bagi ibu
dan keluarga
5)
Meningkatkan produksi ASI
3)
Manfaat bagi petugas kesehatan
1)
Tenaga kesehatan lebih efisien
menggunakan tenaga untuk merawat bayi karena lebih banyak dirawat oleh ibunya
sendiri.
2)
Tenaga kesehatan dapat
melakukan pemeriksaan atau perawatan yang lain.
4)
Manfaat
bagi institusi kesehatan, klinik, RS
1) Lama perawatan lebih pendek sehingga ibu
lebih cepat pulang dari fasilitas kesehatan
2) Tempat perawatan dapat digunakan bagi
klien lain yang lebih membutuhkan
3) Penggunaan fasilitas (listrik, incubator,
alat canggih) sehingga membantu efisiensi anggaran.
5)
Manfaat bagi negara
1) Menghemat devisa negara untuk impor susu
formula
2)
Menghemat
biaya perawatan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan pemerintah
maupun swasta. (Djelantik, 2002)
e.
Pemberian ASI
Perawatan BBLR dengan metode kanguru
merupakan sarana yang sangat baik untuk menunjang keberhasilan ASI ekslusif pada
BBLR karena dengan bayi menempel pada ibu, bayi menetek setiap bayi
menginginkannya. Teknik pemberian ASI PMK sangat ideal bagi proses menyusui,
ibu dapat merasakan ketika bayi mulai lapar dari gerakan mulut, hisapan-hisapan
kecil dan gerakan bayi mencari puting. Ibu dapat menilai kesiapan bayi menetek
dengan memasukkan jari sehingga bayi terjaga sebelum membujuk bayi menetek.
Bila telah terbiasa melakukan PMK bayi kecil dapat menetek tanpa keluar dari
dekapan ibu dalam baju kanguru. Bila terpaksa mengeluarkan bayi jangan lupa dibedong agar bayi tetap
hangat.
Teknik menyusui yang baik:
1)
Bayi berhadapan dengan ibu
perut bayi menempek pada perut ibu, telinga dan lengan berada pada satu garis
lurus dan ibu berhadapan muka dengan bayinya.
2)
Dekap
seluruh badan bayi, punggung bayi bersandar ke lengan ibu dan bokong bayi
disangga dengan telapak tangan
3)
Pegang
payudara dengan tangan yang satunya, arahkan mulut/hidung bayi dan sentuhkan
bibir atau sudut mulut bayi hal ini akan merangsang refleks rotting.
4)
Bila
mulut bayi telah membuka lebar, dorong kepala bayi sedikit agar puting susu
masuk kedalam mulut.
5)
Ciri pelekatan yang baik
1) Dagu bayi menempel pada dada ibu
2)
Areola atas lebih nampak
3)
Bibir bawah melebar keluar
4)
Mulut membuka lebar
6)
Cara
mengisap baik bila bayi mengisap lambat dan dalam kadang berhenti untuk
menelan.
Sebaiknya
patokan bahwa bayi sudah mendapat cukup ASI perhatikan bayi harus BAK 6 kali
sehari dan BAB sudah berwarna kuning pada hari ke 4 (Djelantik, 2002).
8.
Pemberian Susu Buatan
Bila karena alasan tertentu bayi tak
mendapat ASI maka susu formula memang tepat dijadikan penggantinya namun susu
ini tidak bisa disamakan dengan ASI karena tak ada satu susu formula yang
kandungan gizinya dapat menyamai ASI, terutama, karena protein hasil olahan
tubuh ibu sama sekali berbeda dengan protein olahan tubuh sapi.
Memberi makanan buatan dapat
dilakukan apabila terdapat kontra indikasi untuk menyusui, produksi ASI yang
sangat kurang, atau tidak ada, atau ibu tidak bersedia menyusui oleh karena
takut kehilangan daya tarik atau karena bekerja diluar rumah. Oleh karena minuman buatan ini fungsinya
sebagai pengganti susu ibu maka seterusnya akan disebut pengganti ASI.
Pada
umumnya bayi berat badan lahir rendah harus diberi minum dalam waktu 2 jam
sesudah lahir. Bila mungkin berikanlah susu ibu yang dipompa. Untuk bayi berat
badan lahir rendah yang sehat volume susu yang diberikan adalah sebagai
berikut:
Umur 1 hari : 60 ml/kg
Umur 2 hari : 90 ml/kg
Umur 3 hari : 120 ml/kg
Umur 4 hari : 150 ml/kg
Umur 10 hari : 180 ml/kg
Umur 14 hari : 200 ml/kg
Untuk
beberapa bayi terutama bayi kecil untuk masa kehamilannya mungkin lebih dari
200 ml/kg dan mungkin 250 ml/kg/hari (Hanifa, 1999).
Sumber :
1. Hanifa
W, Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo, 2005.
2. Cunningham.
Obstetric Williams, edisi 21.Jakarta : EGC. 2008
3. Abdul
Bari S, Gulardi Hanif W, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Editor Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP. 2002.
4. Gulardi
Wiknjosastro. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) Asuhan Obstetri Esensial. Jakarta : JNPK – KR. 2008.
5. Klein, Susan. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta : Pallmall .
2008.
6. Saifuddin, A.B. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : EGC. 2000.
7. Varney,
Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4, Vol. 1. Jakarta : EGC. 2007.
8. Dorland,
W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland, E/29. Jakarta : EGC. 2002.
9. Manuaba
I.B.G. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. 1998.
10.
Bibilung, 2008. Gizi
Ibu Hamil dan Bayinya, Wordpress.com, Akses 17 Maret 2008
11.
Djelantik, G dkk, Perawatan
Metode Kanguru, Perkumpulan Perinatologi Indonesia (PERINASIA), Jakarta.
12.
Ilyas Jumiarti, dkk, 1993, Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga, Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan Depkes RI, Jakarta.
13.
Ridwanominuddin, 2007, Tumbuh Kembang Anak, akses 17 Maret 2007.
14.
Prawirohardjo S, 2002 , Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono, Jakarta.
15.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2002, Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3, Bagian Ilmu
Kesehatan Anak UI, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar