Laman

Selasa, 28 Februari 2012

Konsep Dasar Prematur


1.      Pengertian
a.       Kelahiran Prematur adalah bayi yang dilahirkan terlalu dini atau biasa disebut kelahiran prematur atau praterm atau biasa juga disebut bayi lemah atau bayi yang lemah bawaan (Prawirohardjo, 2002).
b.      Prematur adalah bayi yang dilahirkan sebelum lengkap 37 minggu (Ridwanamiruddin, 2007).
c.       Sesuai masa kehamilannya (SMK) adalah bayi yang berat badannya antara persentil 10 dan 90 menurut usia gestasi.
Dari beberapa pengertian di atas dapatlah di simpulkan bahwa prematur adalah bayi dengan kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai untuk masa kehamilan yang disebut juga neonatur kurang bulang sesuai masa kehamilan (NKB – SMK)
2.      Etiologi
Penyebab terjadinya kelahiran prematur, yaitu:
1)    Faktor ibu
a)    Riwayat kelahiran prematur sebelumnya (Cunningham, 2005).
b)    Gizi saat hamil kurang (gizi buruk) (Bibilum, 2009).
c)    Perdarahan ante partum (Prawirohardjo, 2006).
d)    Umur ibu muda (kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun) (Prawirohardjo, 2006).
e)    Jarak kelahiran dan bersalin terlalu dekat.
f)     Ibu perokok dan pecandu alkohol.
g)    Trauma pada masa kehamilan (fisik dan psikologis)
h)   Penyakit menahun ibu seperti hipertensi dan jantung (Fakultas Kedokteran Padjajaran, 2003).
2)    Faktor kehamilan
a)    Hamil ganda (Gemali) (Fakultas Kedokteran Padjajaran, 2003).
b)    Kehamilan dengan hidromnion (Fakultas Kedokteran Padjajaran, 2003
c)    Komplikasi kehamilan (pre eklamsia / eklamsi)
d)    KPD (Ketuban Pecah Dini) (Praworhardjo, 2006)
e)    Perdarahan ante partum
3)    Faktor janin
a)    Cacat bawaan
b)    Infeksi dalam rahim (Praworohardjo, 2006).
4)    Faktor lingkungan
Faktor pekerjaan
5)    Keadaan sosial
a)    Perkawinan tidak sah
b)    Kemiskinan (Glikinis, 2004).
6)    Tidak diketahui (Prawirohardjo, 2006)
3.      Karakteristik
a.       Berat badan < 2500 gram, panjang < 45 cm, lingkar kepala < 33 cm, lingkar dada <30 cm, lingkar lengan atas 9,5 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
b.      Kepala relatif lebih besar dari badan
c.       Kulit tipis
d.      Lanugo banyak
e.       Lemak kurang, sering tampak peristaltic usus
f.       Refleks isap dan menelan lemah / belum sempurna
g.      Tangisan lemah dan jarang
h.      Sering timbul apnoe
i.        Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita), pada laki-laki testis belum turun dalam kantong scrotum.
j.        Puting susu belum terbentuk dengan baik
k.      Tulang rawan dan daun telinga matur
l.        Gerakan kurang dan lemah
4.      Masalah bayi prematur
a.       Suhu tubuh
1)      Pusat pengaturan panas badan belum sempurna.
2)      Lemak kulit dan lemak otot kurang sehingga cepat kehilangan panas badan.
3)      Kemampuan metabolisme panas masih rendah sehingga bayi dengan berat badan rendah perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat diperkirakan  sekitar 36oC sampai 37oC
b.      Pernapasan
1)      Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangan tidak sempurna.
2)      Otot pernapasan dan tulang iga lemah.
3)      Dapat disertai penyakit, mudah infeksi.
c.       Alat pencernaan makanan
1)      Belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan makanan dengan banyak lemah kurang baik.
2)      Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna sehingga pengosongan lambung belum berkurang.
3)      Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi pneumonia.
d.      Hepar yang belum matang (immature)
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga mudah terjadi hiperbilirubineamias (kuning) sampai ikterus.
e.       Ginjal masih belum matang
Tidak mampu mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air karena belum sempurna, sehingga mudah terjadi oedema.
f.       Perdarahan dalam otak
1)      Pembuluh darah bayi prematur masih rapuh dan mudah pecah.
2)      Sering mengalami gangguan pernapasan, sehingga memudahkan terjadinya perdarahan dalam otak.
3)      Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan kematian bayi.
5.      Komplikasi
a.       Hipotermi
b.      Sindrom gangguan pernapasan idiopatik (membrane hialin)
c.       Pneumoni aspirasi
d.      Perdarahan intraventrikuler
e.       Gangguan immunologic
f.       Hiperbilirubinemia
6.      Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan pengawasan bayi ditujukan pada:
a.       Pengaturan suhu badan bayi dengan BBLR
1)    Dengan cara kontak kulit ke kulit (metode kanguru) dan sering disusui. Bayi dibungkus dengan kain hangat dan kepala bayi ditutupi topi.
2)    Untuk mencegah hipotermi, perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi oksigen paling sedikit sehingga suhu bayi tetap normal.
3)    Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering.
4)    Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2000 gram adalah 350C. agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 370C kelembaban incubator berkisar antara 50 – 60%. Incubator harus selalu tertutup hanya dibuka jika diperlukan dalam keadaan darurat misalnya apnoe dan dalam tindakan perawatan dan pengobatan.
5)    Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok, hal ini penting untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit pernafasan, kejang dan lain-lain, sehingga penyakit yang diderita dapat diketahui sedini mungkin dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan sesegera mungkin.
6)    Perhatikan mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir yaitu evaporasi, konduksi, konveksi dan radiasi.
7)    Inkubator harus dibersihkan dan desinfeksi seminggu sekali.
8)    Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat, kira-kira 270C, tidak ditempatkan dekat jendela dinding dan AC (Wiknjosastro, 778; 2002)
b.      Pemberian Makanan Bayi
1)    Pada bayi prematur refleks isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit daya enzim pencernaan terutama lifase masih kurang disamping itu kebutuhan protein 3 - 5 gram/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-baiknya.
2)    Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusui pada ibunya, bayi dengan berat kurang 1500 gram diberikan minum melalui sonde lambung. Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya, bila daya isap baik maka pemberian susu ibu diteruskan. Adakalanya daya isap bayi kecil ini lebih baik dengan dot dibandingkan puting susu ibu pada keadaan ini ASI dipompa dan diberikan melalui botol.
3)    Cara pemberian ASI melalui susu botol adalah dengan frekuensi yang lebih sering dalam jumlah susu yang sedikit. Frekuensi pemberian minum makin berkurang dengan bertambahnya berat bayi.
4)    Jumlah cairan yang diberikan pertama kali adalah 1-5 ml/jam dan jumlahnya dapat bertambagh sedikit demi sedikit setiap 12 jam, penambahan susu tersebut tergantung dari jumlah susu yang tertinggal pada pemberian minum sebelumnya untuk mencegah regurgitasi/muntah atau disetensi abdomen.
5)    Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60 ml/kg/hari setiap hari dinaikkan 20 ml, sampai 200 ml/kg/hari.
6)    Air susu yang paling baik adalah ASI, bila bayi belum dapat menyusu, ASI dipoma dan dimasukkan dalam botol steril. Bila ASI tidak ada, susunya dapat diganti dengan susu buatan yang rendah lemak yang mudah dicerna bayi (lemaknya dari middle chain triglyceride) dan mengandung 20 kalori /kg/BB/hari.
Kadang-kadang diperlukan pemberian makanan melalui kateter lambung sebaiknya digunakan kateter dari bahan polyethilen yang dapat ditinggal di lambung selama 4-5 hari tanpa iritasi. Kateter lambung dari karet mudah menyebabkan iritasi dan infeksi. Teknik pemasangan kateter lambung (Naso Grastrik Tube = NGT) adalah:
1)      Perhatikan teknik aseptik dan antiseptic pada saat pemasangan NGT. Pada bayi dengan berat badan < 1500 gram NGT tang dipakai adalah No. 8 dan untuk bayi dengan berat badan > 1500 gram menggunakan NGT No. 10.
2)      Panjang NGT yang dimasukkan bila melalui mulut adalah sampai dengan ukuran panjang dari pangkal ke hidung ke prosus xiphoideus, bila melalui hidung ditambah dengan jarak dari pangkal hidung ke liang telinga.
3)      Bila telah masuk periksa ujung distal dari NGT apakah tepat di lambung dengan cara:
1)    Masukkan udara sekitar 10 cc ke lambung dan dengarkan dengan stetoskop, bila terdengar suara udara berarti posisi selang telah tepat.
2)    Aspirasi cairan lambung bila ada posisi selang sudah tepat kadang-kadang pemeriksaan ini tidak selalu akurat terutama bila lambung telah kosong.
3)    Masukkan ujung proksimal kedalam air bila terdapat gelembung udara berarti ujung selang masuk ke seluruh napas.
4)    Bila corong berukuran (misalnya spot 10-20 cc) diletakkan pada ujung selang sebelah luar dan cairan susu dimasukkan ke dalam corong secara perlahan-lahan.
5)    Setelah minum, bayi didudukkan atau diletakkan di pundak selama 10-15 dan kemudian ditidurkan pada posisi kanan atau tengkurap.
Bila daya isap dan menelan bayi mulai baik maka secara bertahap selang dapat diganti dengan pipet atau dot     (Wiknjosastro, 778 – 780 ; 2002) 
c.       Bagan Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Tabel 2.1      Penanganan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Kriteria kategori
Berat lahir bayi < 2500 gram
Bayi Berat Lahir sangat rendah (BBLSR)
Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR)
Penilaian
Berat lahir < 1500 gram
Berat lahir 1500-2500 gram
Penanganan Puskesmas
§  Keringkan secepatnya dengan handuk hangat
§  Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering dan hangat, kepala bayi ditutupi topi pertahankan tetap hangat.
§  Pencegahan infeksi
§  Pengawasan nutrisi / ASI
§  Beri lampu 60 Watt dengan jarak minimal 60 cm dari bayi
§  Beri oksigen
§  Perawatan tali pusat secara aseptic dan antiseptic
§  Penimbangan berat badan tiap hari.


§  Beri ASI bila dapat menelan (diteteskan) bila tidak dapat menelan segera rujuk ke RS

§  Beri ASI, bila tidak dapat mengisap, bisa menelan langsung ditetesi dari puting.
§  Bila tidak dapat menelan segera rujuk ke RS
Rumah Sakit
§  Sama dengan diatas
§  Beri minum dengan sonde/tetesi ASI
§  Bila tidak mungkin, infuse dekstrose 10% + Na Bic 1,5 % : 4 : 1
§  Hari I 60 cc/kg BB/hari
§  Hari III 100cc/ Kg BB/ hari
§  Antibiotic dapat menetek Ampisilin dan Gentusinsin
§  Bila tidak dapat menetek ASI/ tidak dapat menelan langsung, sesak, sianosis, tanda-tanda hipotermi berat terangkau kemungkinan akan meninggal.
(Saifuddin, 2002)
7.      Perawatan Metode Kanguru
a.       Sejarah
Perawatan Metode Kanguru (PMK) pertama kali diperkenalkan oleh Rey dan Martinez di Bogota Colombia Amerika Latin (1979) dan dari penemuan tersebut akhirnya diketahui bahwa cara “skin to skin contact” (kontak kulit bayi langsung kepada ibu / pengganti ibu) dapat meningkatkan kelangsungan hidup bayi terutama yang mengalami BBLR atau prematur. Cara ini sebenarnya meniru binatang berkantung dimana biasanya bayi kanguru lahir disimpan dalam kantung diperut ibunya untuk mencegah kedinginan. Dengan demikian terjadi aliran panas dari tubuh induk kepada bayi kanguru sehingga bayi kanguru dapat tetap hidup terhindar dari bahaya hipotermi. Karena satu penyebab kematian BBLR atau prematur adalah masalah pengaturan suhu maka prinsip tersebut digunakan untuk mengatasi masalah ini.
Perawatan Metode Kanguru ini selanjutnya berkembang dengan dukungan UNICEF dan kemudian WHO. Banyak penelitian dilakukan baik di negara maju maupun di negara berkembang berkaitan dengan PMK. Bahwa telah dibentuk jejaring penelitian ditingkat global yang selalu melakukan pertemuan tukar pikiran setiap 2 tahun sekali yang dikenal sebagai International Workshop on Kangaroo Mother Care (KMC), Workshop pertama dilakukan di Triste Italia (1996), kedua di Bogota Colombia (1998), ketiga di Yokyakarta Indonesia (sesudah konas perinasia ke VII di Semarang, ke empat di Capctown Afrika Selatan (2002) dan ke lima di Rio de Jeneiro Brasil (2004). Pusat penelitian KMC berada di Bogora, Colombia, dan dikenal dengan Fundacio Conguru.
Istilah Perawatan Bayi Lekat (PBL) karena cara merawat ini dilakukan dengan melekatkan tubuh bayi kepada tubuh ibunya, istilah apapun yang digunakan itu tidak jadi maslaah yang perlu justru waktu memperkenalkan kepada masyarakat karena binatang kanguru sendiri tidak didapat di wilayah Indonesia. Penggalian istilah lokal yang mudah dimengerti serta cepat tersosialisasikan perlu diidentifikasi. Dan penelitian di lapangan sampai saat ini telah dikenal padanan istilah “Bedako” (Kab. Oku), “Makkalepe” dan “Kodokoni” (Kab. Maros), serta metode “Kusu” (Kab. Maluku Tengah) (Djelantik, 2002)
b.      Pengertian
Perawatan metode kanguru adalah cara merawat bayi dalam keadaan telanjang (hanya memakai popok dan topi diletakkan secara tegak/vertical didada antara kedua payudara ibunya (ibu telanjang dada). Kemudian diselimuti dengan demikian terjadi kontak kulit bayi dengan kulit ibunya secara kontinyu dan bayi memperoleh panas melalui proses konduksi. (Djelantik, 2002)
c.       Cara dan Prinsip
Caranya bayi hanya memakai popok dan tutup kepala diletakkan diantara kedua payudara ibu dan pengganti ibunya yang tidak memakai BH lalu bagian dada ibu bayi ditutupi dengan baju ibu yang berfungsi sebagai kantong kanguru dan ibu mendekap bayinya. Posisi bayi dalam kantung kanguru tegak atau vertical ketika ibu berdiri atau duduk. Kalau dalam posisi berbaring atau tidur bayi dalam posisi telungkup atau miring.
Prinsip metode ini adalah mengganti perawat bayi baru lahir dalam incubator dengan meniru kanguru. Ibu bertindak sebagai kanguru yang mendekap bayinya dengan tujuan mempertahankan suhu bayi stabil dan optimal (36,5 oC – 37,5 oC). Suhu optimal ini diperoleh dengan kontak langsung dengan kulit bayi dengan secara terus menerus (Djelantik, 2002)
d.      Manfaat
1)    Manfaat bagi bayi
1)      Stabilitas suhu (suhu tubuh bayi lebih stabil bahkan lebih stabil daripada yang dirawat di dalam incubator)
2)      Pola pernafasan bayi menjadi lebih stabil dan teratur
3)      Denyut jantung lebih stabil
4)      Lebih sering bayi minum ASI dan lama menetek lebih panjang
5)      Waktu tidur lebih banyak lebih lama
6)      Hubungan lekat bayi ibu lebih baik serta berkurangnya kejadian infeksi. (Perinasia, 2005)
2)    Manfaat bagi ibu
1)      Mempermudah pemberian ASI
2)      Ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi
3)      Hubungan lekat ibu bayi lebih baik, ibu lebih sayang kepada bayinya
4)      Pengaruh psiko ketenangan bagi bagi ibu dan keluarga
5)      Meningkatkan produksi ASI
3)    Manfaat bagi petugas kesehatan
1)      Tenaga kesehatan lebih efisien menggunakan tenaga untuk merawat bayi karena lebih banyak dirawat oleh ibunya sendiri.
2)      Tenaga kesehatan dapat melakukan pemeriksaan atau perawatan yang lain.
4)    Manfaat bagi institusi kesehatan, klinik, RS
1)      Lama perawatan lebih pendek sehingga ibu lebih cepat pulang dari fasilitas kesehatan
2)      Tempat perawatan dapat digunakan bagi klien lain yang lebih membutuhkan
3)      Penggunaan fasilitas (listrik, incubator, alat canggih) sehingga membantu efisiensi anggaran.
5)    Manfaat bagi negara
1)      Menghemat devisa negara untuk impor susu formula
2)      Menghemat biaya perawatan kesehatan yang dilakukan            di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta. (Djelantik, 2002)
e.       Pemberian ASI
Perawatan BBLR dengan metode kanguru merupakan sarana yang sangat baik untuk menunjang keberhasilan ASI ekslusif pada BBLR karena dengan bayi menempel pada ibu, bayi menetek setiap bayi menginginkannya. Teknik pemberian ASI PMK sangat ideal bagi proses menyusui, ibu dapat merasakan ketika bayi mulai lapar dari gerakan mulut, hisapan-hisapan kecil dan gerakan bayi mencari puting. Ibu dapat menilai kesiapan bayi menetek dengan memasukkan jari sehingga bayi terjaga sebelum membujuk bayi menetek. Bila telah terbiasa melakukan PMK bayi kecil dapat menetek tanpa keluar dari dekapan ibu dalam baju kanguru. Bila terpaksa mengeluarkan bayi jangan lupa dibedong agar bayi tetap hangat.
Teknik menyusui yang baik:
1)    Bayi berhadapan dengan ibu perut bayi menempek pada perut ibu, telinga dan lengan berada pada satu garis lurus dan ibu berhadapan muka dengan bayinya.
2)    Dekap seluruh badan bayi, punggung bayi bersandar ke lengan ibu dan bokong bayi disangga dengan telapak tangan
3)    Pegang payudara dengan tangan yang satunya, arahkan mulut/hidung bayi dan sentuhkan bibir atau sudut mulut bayi hal ini akan merangsang refleks rotting.
4)    Bila mulut bayi telah membuka lebar, dorong kepala bayi sedikit agar puting susu masuk kedalam mulut.
5)    Ciri pelekatan yang baik
1)      Dagu bayi menempel pada dada ibu
2)      Areola atas lebih nampak
3)      Bibir bawah melebar keluar
4)      Mulut membuka lebar

6)    Cara mengisap baik bila bayi mengisap lambat dan dalam kadang berhenti untuk menelan.
Sebaiknya patokan bahwa bayi sudah mendapat cukup ASI perhatikan bayi harus BAK 6 kali sehari dan BAB sudah berwarna kuning pada hari ke 4 (Djelantik, 2002).
8.      Pemberian Susu Buatan
Bila karena alasan tertentu bayi tak mendapat ASI maka susu formula memang tepat dijadikan penggantinya namun susu ini tidak bisa disamakan dengan ASI karena tak ada satu susu formula yang kandungan gizinya dapat menyamai ASI, terutama, karena protein hasil olahan tubuh ibu sama sekali berbeda dengan protein olahan tubuh sapi.
Memberi makanan buatan dapat dilakukan apabila terdapat kontra indikasi untuk menyusui, produksi ASI yang sangat kurang, atau tidak ada, atau ibu tidak bersedia menyusui oleh karena takut kehilangan daya tarik atau karena bekerja diluar rumah. Oleh karena minuman buatan ini fungsinya sebagai pengganti susu ibu maka seterusnya akan disebut pengganti ASI.
Pada umumnya bayi berat badan lahir rendah harus diberi minum dalam waktu 2 jam sesudah lahir. Bila mungkin berikanlah susu ibu yang dipompa. Untuk bayi berat badan lahir rendah yang sehat volume susu yang diberikan adalah sebagai berikut:
Umur 1 hari                 : 60 ml/kg
Umur 2 hari                 : 90 ml/kg
Umur 3 hari                 : 120 ml/kg
Umur 4 hari                 : 150 ml/kg
Umur 10 hari               : 180 ml/kg
Umur 14 hari               : 200 ml/kg
Untuk beberapa bayi terutama bayi kecil untuk masa kehamilannya mungkin lebih dari 200 ml/kg dan mungkin 250 ml/kg/hari (Hanifa, 1999).

Sumber :
1.      Hanifa W, Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo, 2005.
2.      Cunningham. Obstetric Williams, edisi 21.Jakarta : EGC. 2008
3.      Abdul Bari S, Gulardi Hanif W, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Editor Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP. 2002.
4.      Gulardi Wiknjosastro. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Asuhan Obstetri Esensial. Jakarta : JNPK – KR. 2008.
5.      Klein, Susan. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta : Pallmall . 2008.
6.      Saifuddin, A.B.  Buku  Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.  Jakarta : EGC. 2000.
7.      Varney, Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4, Vol. 1. Jakarta : EGC. 2007.
8.      Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland, E/29. Jakarta : EGC. 2002.
9.      Manuaba I.B.G. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. 1998.
10.  Bibilung, 2008. Gizi Ibu Hamil dan Bayinya, Wordpress.com, Akses 17 Maret 2008 
11.  Djelantik, G dkk, Perawatan Metode Kanguru, Perkumpulan Perinatologi Indonesia (PERINASIA), Jakarta.
12.  Ilyas Jumiarti, dkk, 1993, Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI, Jakarta.
13.  Ridwanominuddin, 2007, Tumbuh Kembang Anak, akses 17 Maret 2007.
14.  Prawirohardjo S, 2002 , Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono, Jakarta.
15.  Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2002, Ilmu Kesehatan Anak                Jilid 3, Bagian Ilmu Kesehatan Anak UI, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar