1.
Pengertian
a.
Ketuban pecah
dini adalah pecahnya selaput ketuban pada setiap saat sebelum permulaan
persalinan tanpa memandang apakah pecahnya selaput ketuban pada kehmilan
preterm atau aterm.
b.
Ketuban pecah
dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggu
satu jam belum dimulainya tanda persalinan. (Manuaba I.G.B, 1998, hal.229)
c.
Ketuban Pecah
Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan (Kapita
Selekta, 2001 hal.310).
d.
Ketuban Pecah
Dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. (Gawat darurat, 2004, hal.112)
2.
Etiologi
a.
Infeksi misalnya
korioamniotis
b.
Trauma misalnya
amniosintesis, pemeriksaan panggul atau koitus.
c.
Inkompeten
serviks
d.
Kelainan letak
dan presentase janin
e.
Peningkatan
tekanan intrauterine misalnya kehamilan ganda dan hidramnion.
3.
Penilaian Klinik
a. Pecahnya
selaput ketuban, ditentukan dengan adanya cairan ketuban divagina, jika tidak
ada dapat dicoba dengan gerakan sedikit bagian terbawa janin atau meminta
pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes
kertas lakmus.
b. Berapa
usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.
c. Ada
tidaknya infeksi dengan tanda-tanda suhu >38°C, air ketuban keruh, leukosit
darh>15.000/mm3.
d.
Tanda-tanda
inpartu, tentukan adanya kontraksi yang teratur, periksa dalam
dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif antara lain untuk menilai skor
pelvik
4.
Patofisiologi
Patofisiologi Ketuban Pecah Dini
mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Serviks
Inkompentensia
b. Ketegangan
rahim berlebihan: kehamilan ganda,hidramnion
c. Kelainan
letak janin dalam rahim: letak sungsang,letak lintang.
d. Kemungkinan
kesempitan panggul: perut gantung,bagian terendah belum masuk PAP.
e. Kelainan
bawaan dari selaput ketuban
f.
Infeksi yang
menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
5.
Komplikasi
a.
Terhadap ibu
Karena jalan terbuka, maka dapat terjadi
infeksi intrapartum, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam, selain itu
juga dapat dijumpai infeksi nifas, peritonitis, dan septikemia, ibu akan merasa
lelah karena berbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, suhu badan
akan naik, naik cepat dan nampaklah
gejala-gejala infeksi.
b.
Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukkan
gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin mengalami infeksi sehingga akan
meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
6.
Penanganan
a.
Konservatif
1)
Rawat di rumah
sakit
2)
Berikan
antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau ertitromisin bila tidak tahan ampisilin
dan metronidazole 2 x 500 mg selama 7 hari).
3)
Jika umur
kehamilan 32-34 minggu, dirawat selama
air ketuban masih keluar atau sampai air
ketuban tidak keluar lagi.
4)
Jika usia
kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolotik
(salbutamol), dexamethasone, dan induksi dalam 24 jam.
5)
Jika usia
kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
6)
Nilai
tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
7)
Pada usia 32-34
minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dosis betamethasone
12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, dexamethasone IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak
4 kali.
b.
Aktif
1)
Kehamilan >37
minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio secarea. Dapat pula
diberikan misoprostol 50 ug intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2)
Bila ada
tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri
bila skor pelvik < 5, dilakukan pematangan serviks kemudian induksi. Jika
tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio secarea atau bila skor pelvik
> 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
7.
Penatalaksanaan
KETUBAN PECAH
|
|||
< 37 Minggu
|
>37 Minggu
|
||
Infeksi
|
Tidak ada infeksi
|
Infeksi
|
Tidak ada infeksi
|
Berikan penisilin, gentamisin dan Metronidazole
lahirkan bayi
|
Amoksisilin + eritromisin untuk 7 hari
Steroid untuk pematangan paru
|
Berikan penisilin, gentamisin dan metronidasole
lahirkan bayi
|
Lahirkan bayi
Berikan penisilin dan ampisilin.
|
ANTIBIOTIKA SETELAH PERSALINAN
|
|||
Profilaksis
|
Infeksi
|
Tidak ada infeksi
|
|
Stop antibiotic
|
Lanjutkan untuk 24 – 48 jam setelah bebas panas.
|
Tidak perlu antibiotik
|
Sumber :
1. Hanifa
W, Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo, 2005.
2. Cunningham.
Obstetric Williams, edisi 21.Jakarta : EGC. 2008
3. Abdul
Bari S, Gulardi Hanif W, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Editor Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP. 2002.
4. Gulardi
Wiknjosastro. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) Asuhan Obstetri Esensial. Jakarta : JNPK – KR. 2008.
5. Klein, Susan. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta : Pallmall .
2008.
6. Saifuddin, A.B. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : EGC. 2000.
7. Varney,
Helen. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed. 4, Vol. 1. Jakarta : EGC. 2007.
8. Manuaba
I.B.G. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. 1998.
9.
Bibilung, 2008. Gizi
Ibu Hamil dan Bayinya, Wordpress.com, Akses 17 Maret 2008.
10.
Prawirohardjo S, 2002 , Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar